Desa Kemiren: Merayakan Hari Jadi dengan Sajian Kaya Tradisi dan Pesona Osing
Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, merupakan salah satu desa adat di Banyuwangi yang kaya akan adat dan seni budaya. Memperingati Hari Jadi ke-167, Desa Kemiren menggelar beragam atraksi yang kental dengan budaya Osing, penduduk asli Banyuwangi, selama dua hari, 5-6 November 2024.
Rangkaian acara dimulai dengan pawai budaya yang menampilkan kekayaan seni dan tradisi Desa Kemiren. Warga Desa Kemiren dengan bangga mempersembahkan tradisi warisan leluhur mereka di depan Kantor Desa.
Acara dilanjutkan dengan selamatan desa dengan menu pecel pitik, kuliner khas masyarakat Osing. Malamnya, warga mengadakan hadrah dan mocopatan, pembacaan Lontar Yusuf semalam suntuk.
“Di Hari Jadi tahun ini sengaja ditampilkan semua potensi dan kekayaan tradisi Kemiren,” ujar Kepala Desa Kemiren, Mohammad Arifin. “Ini sebagai upaya pelestarian budaya, sekaligus mendongkrak perekonomian warga. Dengan terus mengenalkan tradisi desa, harapannya semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke desa kami.”
Desa Kemiren dikenal sebagai Desa Wisata Adat Osing, yang menawarkan berbagai daya tarik bagi wisatawan, meliputi edukasi, kuliner, dan budaya. Terdapat pasar kampoeng osing, warung makan Pesantogan Kemangi, dan kawasan rumah adat Osing untuk memanjakan para pengunjung.
Kesenian Gandrung yang menjadi maskot pariwisata Banyuwangi juga begitu melekat di desa ini. Maestro Gandrung Temu, yang berasal dari Desa Kemiren, telah mengharumkan nama desa ini. Warisan budaya tak benda lainnya yang hidup di desa ini antara lain adalah burdah, angklung paglak, dan mocoan Lontar Yusuf.
“Untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan, saya berkomitmen terus berupaya meningkatkan infrastruktur pendukung pariwisata yang memadai,” ujar Arifin. “Seperti kebutuhan toilet, akomodasi, hingga souvenir akan kami siapkan yang sesuai standar. Sehingga pengunjung merasa nyaman datang ke Kemiren.”
Rangkaian Hari Jadi Desa Kemiren akan ditutup dengan tradisi ngopi bareng yang dikemas dalam Festival Ngopi Sepuluh Ewu (Ngopi Sepuluh Ribu). “Festival ini kita gelar Rabu malam (6/11) selepas maghrib. Jangan lewatkan keseruan ngopi bareng ribuan pengunjung di sepanjang jalan desa Kemiren,’’ kata Arifin.
Tradisi ngopi masyarakat Desa Kemiren tidak hanya sekadar menikmati seduhan biji kopi. Terdapat pesan filosofis yang terkandung di dalamnya. Secangkir kopi menjadi simbol persatuan dan persaudaraan.
“Ini tradisi warga desa kami untuk menjaga persaudaraan,” ungkap Arifin.
Dalam festival ini, ribuan cangkir kopi dengan motif yang sama beserta jajanan khas Kemiren akan terhidang di sepanjang jalan Desa Kemiren. Kopi dan jajanan tersebut dapat dinikmati secara gratis oleh pengunjung.

