Pendidikan

Guru TK di Banyuwangi Dilatih Kembangkan Media Pembelajaran Budaya Osing Berbasis AI

Pelatihan Guru TK di Banyuwangi Kembangkan Media Pembelajaran Budaya Osing Berbasis AI

Banyuwangi, — Dalam upaya mendukung pelestarian budaya lokal melalui pendidikan anak usia dini, tim pengabdian masyarakat dari Universitas Jember menggelar pelatihan bertajuk “Pengembangan Media Pembelajaran Budaya Osing Berbasis Artificial Intelligence (AI) Sebagai Sarana Pelestarian Budaya pada Anak Usia Dini”.

Kegiatan ini diikuti oleh para guru dari enam lembaga Taman Kanak-Kanak (TK) yang tergabung dalam Gugus 6 Barong Ider Bumi, Kecamatan Banyuwangi, dan berlangsung di TK Sayuwiwit pada Sabtu (7/6).

Enam lembaga Taman Kanak-Kanak (TK) yang tergabung dalam Gugus 6 Barong Ider Bumi
Enam lembaga Taman Kanak-Kanak (TK) yang tergabung dalam Gugus 6 Barong Ider Bumi

Pelatihan bertujuan membekali para pendidik dengan keterampilan mengembangkan media pembelajaran digital berbasis AI yang memuat unsur budaya Osing—budaya khas masyarakat asli Banyuwangi. Mengingat kedekatan anak-anak usia dini dengan teknologi, pendekatan ini dinilai strategis untuk menjaga keterhubungan generasi muda dengan identitas budaya lokal di tengah derasnya arus digitalisasi.

Selama kegiatan, para guru diperkenalkan pada berbagai teknologi AI yang bisa dimanfaatkan di bidang pendidikan, mulai dari pembuatan teks cerita, gambar, video, suara, musik, hingga animasi 3D. Mereka juga diajak mempraktikkan langsung pembuatan media pembelajaran yang menarik dan kontekstual menggunakan platform berbasis AI.

Antusiasme peserta terlihat saat pemateri dari Universitas Jember menampilkan contoh lagu anak bertema budaya Osing yang dibuat dengan bantuan AI. Para guru kemudian dilibatkan dalam proses penciptaan lagu edukatif, dimulai dengan eksplorasi unsur-unsur budaya Banyuwangi—seperti tarian tradisional, kuliner lokal, bahasa Osing, dan potensi alam. Lagu-lagu yang dihasilkan dilengkapi melodi ceria dari teknologi AI generatif yang ramah anak.

Tak hanya itu, para guru juga belajar membuat animasi 3D sederhana yang menggambarkan flora dan fauna khas Banyuwangi. Animasi flora mencakup bunga, buah, dan pohon lokal, sementara animasi fauna menampilkan kekayaan laut dan hutan, seperti yang ada di kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Media ini diharapkan menjadi alat bantu visual interaktif di kelas, yang memudahkan anak memahami objek tanpa harus melihat langsung.

“Saya sangat terkesan karena ternyata membuat lagu dan animasi bisa dilakukan dengan bantuan AI. Ini sangat membantu kami, dan menjadi inspirasi agar pembelajaran budaya lokal lebih menarik bagi anak-anak,” ujar Ibu Nanik, salah satu guru TK dari Kecamatan Kebalenan.

Ketua tim pengabdian, Reski Yulina Widiastuti, menjelaskan bahwa pengenalan AI kepada guru bukan sekadar memperkenalkan teknologi, melainkan sebagai alat bantu strategis dalam memperkaya metode pembelajaran berbasis nilai budaya. “Dengan AI, guru bisa menciptakan lagu, animasi, cerita interaktif, dan berbagai media pembelajaran lainnya tanpa harus menjadi ahli teknologi,” ungkapnya.

Program ini tidak hanya menyajikan pelatihan teknis, tetapi juga membuka ruang diskusi dan kolaborasi antarguru. Harapannya, terbentuk komunitas kreatif yang aktif menciptakan konten edukatif berbasis budaya lokal. Para pendidik usia dini di Banyuwangi pun diharapkan mampu menjadi pionir dalam pelestarian budaya Osing melalui pendekatan pendidikan yang inovatif, menyenangkan, dan relevan dengan perkembangan teknologi masa kini.

(Maulana Affandi)

Exit mobile version