Lifestyle

Di Balik Secangkir Kopi Sahur: Jurnalis dan Pegiat Banyuwangi Rancang Masa Depan Literasi 

BANYUWANGI – Di tengah keheningan dini hari, aroma kopi robusta bercampur dengan semangat membara di Kafe d’Copiz. Para jurnalis dan pegiat literasi Banyuwangi berkumpul dalam acara “Ngrandu Sahur” pada Sabtu (01/03/25), bukan hanya untuk mengisi perut sebelum imsak, melainkan untuk membedah tantangan dan merancang masa depan dunia baca tulis di ujung timur Pulau Jawa ini.

“Ngrandu Sahur”, yang diinisiasi oleh para insan pers dan komunitas literasi lokal, menjadi oase ide di tengah kesibukan Ramadan. Forum diskusi santai ini menghadirkan Ketua Komunitas Jurnalis Jawa Timur (KJJT) Ricky Sulivan, Ketua Lentera Sastra Banyuwangi Syafaat, dan penulis aktif Moh Husen, untuk bertukar pikiran dan merumuskan langkah-langkah strategis.

Syafaat, tokoh sentral Lentera Sastra Banyuwangi, mengungkapkan bahwa suasana informal “Ngrandu Sahur” justru memicu percikan-percikan ide brilian. “Justru dari obrolan santai sambil ngopi, ide-ide kreatif seringkali muncul. Suasana rileks membuat kita lebih terbuka untuk berdiskusi dan menggali potensi-potensi baru,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Syafaat menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menumbuhkan minat baca dan menulis di kalangan masyarakat. “Literasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau komunitas tertentu. Kita semua memiliki peran untuk menciptakan ekosistem literasi yang sehat dan berkelanjutan,” tambahnya.

Ricky Sulivan, Ketua KJJT, mengamini pandangan tersebut. Ia menegaskan komitmen KJJT untuk terus bersinergi dengan komunitas literasi di Banyuwangi. “KJJT dan Lentera Sastra telah beberapa kali berkolaborasi dalam berbagai kegiatan. Ke depan, kami berharap kemitraan ini semakin erat, demi kemajuan jurnalistik dan literasi di Banyuwangi,” ujarnya.

Ricky menyoroti peran penting media dalam menyebarkan informasi dan mengedukasi masyarakat. “Jurnalis memiliki tanggung jawab untuk menyajikan berita yang akurat, berimbang, dan menginspirasi. Selain itu, media juga dapat menjadi platform untuk mempromosikan karya-karya sastra dan budaya lokal,” jelasnya.

“Ngrandu Sahur” bukan sekadar ajang kumpul-kumpul. Lebih dari itu, forum ini menjadi bukti nyata bahwa semangat kolaborasi dan kepedulian terhadap literasi mampu melahirkan inisiatif-inisiatif yang bermanfaat bagi masyarakat Banyuwangi. Diharapkan, pertemuan-pertemuan serupa akan terus digalakkan untuk mewujudkan mimpi besar: menjadikan Banyuwangi sebagai pusat literasi yang gemilang.

Exit mobile version