Revitalisasi Pasar Banyuwangi: Antara Modernisasi dan Keberlanjutan Tradisi
Banyuwangi — Pasar Banyuwangi, yang telah berdiri sejak 1981 dan mengalami beberapa kali renovasi, kini menghadapi revitalisasi besar-besaran yang diprakarsai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Dengan anggaran mencapai Rp200 miliar, proyek ini diharapkan mengubah wajah pasar tradisional ini menjadi pusat perbelanjaan modern yang tetap mempertahankan nilai-nilai heritage.
Pasar yang terletak di jantung kota ini, meskipun sering terancam oleh perkembangan pasar modern dan mini market, terus bertahan sebagai salah satu pusat ekonomi rakyat.
Namun, revitalisasi yang direncanakan untuk dimulai pada Mei 2024 ini menghadapi berbagai tantangan, mulai dari permasalahan relokasi pedagang hingga protes dari berbagai kelompok masyarakat.
Relokasi Pedagang: Pro dan Kontra
Revitalisasi ini memerlukan relokasi sementara sekitar 352 pedagang pasar dan lebih dari 250 pedagang kaki lima (PKL) ke Gedung Wanita Paramitha Kencana.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah menyiapkan fasilitas relokasi termasuk penyediaan lapak dan armada angkutan untuk membantu proses pemindahan.
Namun, keputusan ini tidak luput dari pro kontra. Ketua Paguyuban Joko Tole, Agus Hariyono, dan beberapa pedagang lainnya menentang relokasi tersebut.
Mereka khawatir dengan dampak ekonomi yang akan ditimbulkan, terutama terkait dengan penurunan pendapatan akibat lokasi relokasi yang dianggap kurang strategis.
Agus Hariyono menyatakan bahwa para pedagang mendukung revitalisasi, tetapi menuntut relokasi yang lebih layak.
“Kami menolak relokasi ke Gedung Wanita karena tidak memenuhi kebutuhan pedagang,” ujarnya.
Protes tersebut bahkan diperkuat dengan pemasangan spanduk di area pasar yang menyuarakan penolakan.
Pendekatan Pemerintah dan Dukungan Sebagian Pedagang
Di tengah dinamika yang terjadi, pemerintah daerah berusaha menjembatani perbedaan dengan berdialog langsung bersama pedagang.
Kesepakatan pun tercapai; sebagian besar pedagang setuju untuk direlokasi demi mempercepat proses pembangunan. Proses relokasi ini ditandai dengan tasyakuran yang melibatkan Forkopimda Banyuwangi dan perwakilan pedagang.
Ketua Persatuan Pedagang Kaki Lima (Pakkompak) Pasar Banyuwangi, Matasan, menyambut baik kesepakatan ini. Ia berharap revitalisasi akan mendongkrak jumlah pengunjung pasar.
“Pasar ini harus diperbaiki agar lebih ramai. Kami berharap, setelah revitalisasi, pasar bisa memberikan kenyamanan dan menarik lebih banyak pengunjung,” ungkapnya.
Proyek Molor dan Tantangan Selanjutnya
Proyek revitalisasi yang awalnya dijadwalkan mulai pada Juli 2024 terpaksa mundur hingga Agustus akibat proses tender ulang.
Kepala Bidang Penataan Ruang Dinas PU CKPP Banyuwangi, Bayu Hadiyanto, menyebutkan bahwa kendala ini disebabkan oleh ketidakmampuan pemenang lelang awal memenuhi kualifikasi.
“Semoga proses tender ulang ini dapat selesai pada akhir Agustus agar pembangunan dapat segera dimulai,” harapnya.
Revitalisasi ini rencananya akan berlangsung selama 12 bulan, dengan tujuan menjadikan Pasar Banyuwangi lebih modern namun tetap mempertahankan bangunan heritage sebagai daya tarik wisata dan ekonomi.
Menteri PUPR Tinjau Langsung Proyek Revitalisasi
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengunjungi lokasi proyek dan menegaskan komitmen untuk menyelesaikan revitalisasi sesuai jadwal.
“Pasar Banyuwangi akan menjadi pusat perbelanjaan modern yang terintegrasi dengan kawasan heritage Asrama Inggrisan. Desainnya telah kami konsultasikan dengan Pemkab Banyuwangi,” jelas Basuki.
Harapan dan Tantangan Ke Depan
Revitalisasi Pasar Banyuwangi diharapkan menjadi angin segar bagi pedagang dan masyarakat setempat.
Namun, tetap dibutuhkan perhatian serius dalam mengelola proses relokasi agar tidak merugikan pedagang.
Proyek ini merupakan ujian bagi kemampuan pemerintah untuk mengelola pembangunan yang mengedepankan keseimbangan antara modernisasi dan keberlanjutan tradisi.
Ke depan, publik berharap revitalisasi Pasar Banyuwangi tidak hanya mempercantik wajah pasar, tetapi juga memperkuat posisi pasar tradisional sebagai salah satu urat nadi ekonomi rakyat.

