Festival Ngrandu Buko di Banyuwangi: PJ Sekda Himbauan Kemasan Takjil Berbahan Ramah Lingkungaan
Banyuwangi. Semarak Ramadan di Banyuwangi semakin terasa dengan digelarnya Festival Ngrandu Buko, sebuah perhelatan yang memadukan tradisi berburu takjil khas Banyuwangi dengan semangat pelestarian lingkungan. Festival ini, yang berlangsung selama sebulan penuh di sepanjang kawasan Pantai Boom yang ikonik, menawarkan pengalaman ngabuburit yang unik. Sabtu (1/2/2025)
Ngrandu Buko, istilah Banyuwangi untuk tradisi mencari hidangan berbuka puasa, menjadi daya tarik utama festival ini. Ratusan pedagang menjajakan aneka takjil lezat, mulai dari makanan tradisional hingga kreasi kuliner modern, menggugah selera para pengunjung yang menantikan waktu berbuka.
Namun, ada yang berbeda dari festival takjil pada umumnya. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi (Pemkab) menghimbau agar masyarakat mengurangi penggunaan kemasan berbahan plasti, hal itu terlihat dari banyaknya pengunjung yang membawa kantong belanja Goodie Bag dalam Festival Ngrandu Buko ini. Masyarakat dan pedagang dihimbau untuk mengurangi penggunaan kantong plastik, menggantinya dengan kemasan yang lebih ramah lingkungan seperti kertas daur ulang, daun pisang, atau besek bambu.
Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Banyuwangi, Guntur Priambodo, menegaskan komitmen Pemkab dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. “Kami mengajak seluruh masyarakat, terutama para pelaku UMKM yang berjualan di festival ini, untuk mengurangi penggunaan kemasan berbahan plastik sekali pakai. Jika memungkinkan, gunakan kemasan berbahan kertas atau kemasan berbahan ramah lingkungan agar Banyuwangi tetap bersih dan nyaman,” ujarnya.
Guntur menambahkan, Festival Ngrandu Buko bukan hanya sekadar ajang berburu takjil, tetapi juga menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan, sejalan dengan program Banyuwangi Eco-Friendly. “Kami ingin Ramadan tahun ini menjadi lebih bermakna dengan berkontribusi positif terhadap lingkungan,” katanya.
Pantauan di lokasi menunjukkan, banyak pedagang yang sudah mulai beralih menggunakan kemasan ramah lingkungan. Para pengunjung pun tampak antusias mendukung inisiatif ini dengan membawa tas belanja sendiri atau memilih takjil yang dikemas dengan bahan-bahan alami.
Festival Ngrandu Buko diharapkan tidak hanya menjadi daya tarik wisata religi selama Ramadan, tetapi juga menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengadopsi konsep serupa. Dengan semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap lingkungan, Banyuwangi membuktikan bahwa tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan.

