Kemenag Banyuwangi Bekali Siswa MAN 1 Lewat Program BRUS, Cegah Pernikahan Dini dan Bentuk Karakter Tangguh
BANYUWANGI (Kemenag) – Sebanyak 350 siswa kelas XII Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banyuwangi mengikuti kegiatan Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS) yang digelar Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Banyuwangi, Kamis (23/10/2025).
Program nasional Kemenag RI ini bertujuan membentuk karakter remaja agar memiliki kepribadian kuat, tangguh, dan siap menghadapi tantangan zaman, sekaligus memahami pentingnya menunda pernikahan dini demi masa depan yang lebih baik.
Kegiatan secara resmi dibuka oleh Kepala Kantor Kemenag Banyuwangi, Dr. Chairani Hidayat, S.Ag., M.M. Dalam sambutannya, Chairani menegaskan bahwa pembinaan remaja melalui BRUS merupakan langkah strategis dalam menyiapkan generasi muda yang berdaya saing dan memiliki ketahanan moral.
“Peningkatan kualitas keluarga bermula dari anak-anak sekolah. Melalui kegiatan ini, para siswa dibekali kemampuan untuk mengenali potensi diri, mengendalikan emosi, serta menata masa depan dengan lebih terarah,” ujarnya.
Chairani menambahkan, masa remaja adalah fase penting dalam pembentukan karakter. Karena itu, remaja perlu dibekali kemampuan menolak pengaruh negatif seperti penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, hingga pernikahan usia dini.
“Remaja yang mampu mengelola emosinya hari ini akan menjadi calon pemimpin keluarga yang baik di masa depan,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag Banyuwangi, H. Mastur, S.Ag., M.Pd.I., menjelaskan bahwa BRUS merupakan bagian dari upaya nasional membangun keluarga sakinah sejak usia sekolah.
“Melalui BRUS, siswa diharapkan memahami pentingnya kesiapan mental, spiritual, dan sosial sebelum membangun rumah tangga. Selain BRUS, kami juga memiliki program Bimbingan Remaja Usia Nikah (BRUN) dan Bimbingan Keluarga Maslahah,” jelas Mastur.
Kegiatan BRUS di MAN 1 Banyuwangi menghadirkan narasumber tersertifikasi dari kalangan akademisi, Kepala KUA, dan penyuluh agama Islam yang berpengalaman dalam pembinaan remaja dan keluarga.
Para siswa dibagi menjadi tujuh kelompok untuk mengikuti sesi pelatihan, diskusi, dan sharing session tentang pengembangan diri, etika pergaulan, serta bahaya pernikahan dini. Metode partisipatif membuat kegiatan berjalan interaktif dan penuh antusiasme.
Dalam kesempatan yang sama, Chairani juga menyinggung data sosial yang menjadi latar pentingnya program ini. Ia menyebutkan bahwa Banyuwangi masih termasuk daerah dengan angka perceraian cukup tinggi di Jawa Timur.
“Banyak perceraian terjadi karena kurangnya kesiapan mental dan spiritual sebelum menikah. Pernikahan bukan sekadar janji, tapi tanggung jawab besar,” tegasnya.
Menutup kegiatan, Chairani berpesan agar para siswa fokus menuntut ilmu dan tidak terburu-buru memikirkan pernikahan.
“Jodoh sudah ditentukan Tuhan. Yang penting, siapkan diri menjadi pribadi yang pantas. Remaja yang mampu menahan diri akan menjadi generasi kuat dan berkarakter,” pesannya.
Program BRUS ini menjadi wujud komitmen Kemenag Banyuwangi dalam membentuk generasi muda yang berakhlak mulia, cerdas emosional, dan siap membangun keluarga sakinah di masa depan. (syafaat)












