Kontroversi Penggalian Arkeologi Israel di Tepi Barat, Palestine (Bagian 2)
Suara Pecari – Firas Akl, Direktur Departemen Perawatan Primer dari Administrasi Umum Penggalian Kementerian Pariwisata dan Purbakala Palestina, menegaskan bahwa pihak berwenang Israel telah melakukan penggalian di Khirbet Tibneh sejak awal Agustus. Mereka mengklaim mencari makam Joshua Bin Nun, tokoh yang dalam Taurat ditunjuk Musa sebagai penggantinya untuk memerintah umat Israel.
Pada proses penggalian, arkeolog Israel menemukan desa kuno tersebut, tetapi informasi rinci tentang penemuan tersebut masih terbatas. Desa ini berada di Area C yang sepenuhnya di bawah kendali administratif dan keamanan Israel, sehingga staf Kementerian Pariwisata dan Purbakala Palestina tidak diizinkan mengakses situs tersebut.
Diketahui bahwa desa ini berasal dari Zaman Perunggu, dengan penemuan koin Romawi dan Mamluk, tulang manusia, dan barang tembikar dari berbagai era. Firas Akl menyatakan bahwa penggalian Israel di Khirbet Tibneh dianggap melanggar hukum internasional. Dia menyoroti bahwa peran Kementerian Palestina terbatas pada wilayah A dan B di Tepi Barat, sementara perlindungan situs arkeologi di seluruh wilayah menjadi tanggung jawab mereka.
“Khirbet Tibneh berasal dari Zaman Perunggu dan telah dihuni oleh beberapa peradaban hingga masa Ottoman. Ini adalah rumah bagi beberapa barang antik yang berasal dari zaman Helenistik, Romawi, Bizantium, dan Islam dari periode Umayyah, Abbasiyah, dan Ottoman,” jelas Akl, dikutip dari Al-Monitor
Ia menambahkan bahwa Israel masih terus melakukan penggalian di dua situs arkeologi lainnya, yaitu Tel Siloun dan Khirbet Tibneh, yang berada di Area C. Pasukan Israel menguasai banyak situs arkeologi di wilayah ini, di mana staf Kementerian Pariwisata Palestina dilarang melakukan kegiatan penggalian, survei, dan restorasi. Banyak situs tersebut bahkan telah dijarah oleh pencuri barang antik.
Nasr Mizher, kepala dewan desa Deir Nidham, menyatakan bahwa Israel berusaha memalsukan fakta di lapangan dan menciptakan sejarah palsu dengan tujuan mengontrol dan menekan penduduk di desa tersebut. Dia menyebut bahwa penggalian yang berlangsung bertujuan untuk mengubah desa Deir Nizam menjadi situs ziarah bagi pemukim Israel.
“Pemukiman Halamish dibangun di atas tanah desa. Para pemukim terus-menerus menyerang warga dan petani di desa tersebut,” ungkapnya.
Mizher menambahkan bahwa lebih dari 2.600 dunum tanah desa telah disita oleh Israel, dan tiga gerbang besi dipasang untuk mengontrol desa serta pergerakan penduduknya. Dalam konteks ini, penegakan pos pemeriksaan militer dan penangkapan warga dengan tuduhan palsu juga menjadi bagian dari tekanan yang dialami oleh penduduk Desa Deir Nidham.

