Berita

Dunia Pendidikan Krisis Moral. Predator Leluasa Mencari Mangsa.

Banyuwangi, suarapecari.com_ Belum lama berselang, kejadian kasus asusila sudah terjadi lagi di dunia pendidikan Banyuwangi.
Kali ini terjadi di pendidikan non formal (pesantren) di wilayah Kecamatan Singojuruh, yang menjadi korban adalah lima santriwati dan satu satriwan. Dalam kasus ini, diduga kuat di lakukan oleh pengasuh yayasan Pondok Pesantren berinisial FZ. Keluarga korban sudah sudah melaporkan FZ ke Polresta Banyuwangi dengan laporan melakukan perbuatan pecabulan (asusila) terhadap anak dibawah umur.  
Hal seperti ini juga pernah terjadi di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di wilayah Kecamatan kota beberapa bulan lalu yang pelakunya merupakan oknum guru melakukan sodomi murid laki lakinya, dan sekarang pelaku ini masih mejalani proses hukum.
Dalam hal ini, seharusnya guru itu bisa memberikan wejangan dan motivasi yang baik kepada anak didiknya, bukan malah memberikan contoh yang buruk dengan melakukan perbuatan asusila yang jelas melanggar norma agama maupun Undang-undang yang berlaku. Kelakuan oknum pengajar dan pengasuh Pondok Pesantren yang berkelakuan buruk seperti ini telah mencoreng nama baik citra pendidikan di Kabupaten Banyuwangi.
Sangat disayangkan kejadian kali ini berada di pesantren dan oknum FZ ini merupakan imam besarnya alias Kyai-nya. Kejadian ini bukan mencoreng citra pendidikan saja melainkan juga mencoreng image pesantren dan ulama yang ada di Banyuwangi. Seharusnya Kyai itu berakhlak mulia, patuh pada perintah Allah, mengajarkan kebaikan dan tatanan norma agama. Namun sangat disayangkan, oknum ini malah sebaliknya melakukan perbuatan asusila pada satriwan dan satriwatinya yang notabene masih dibawah umur.
Mendengar kejadian ini, Ricky Sulivan selaku Sekertaris Lembaga Pencerahan Anak Negeri (Le-PECARI) angkat bicara terkait kejadian asusila yang sering terjadi di dunia pendidikan. Beliau mengatakan, ini saya anggap sudah masuk dalam krisis moral, karena hampir setiap tahunnya Polresta Banyuwangi sering merilis kejadian asusila anak di bawah umur. Kejadian yang di ponpes wilayah Singojuruh kali ini malah sudah melebihi batas, korbannya lumayan banyak dan dibawah umur.
Kasus seperti ini membuat sekolah dan pesantren hanya ketempatan saja, oknum predator yang memanfaatkan kesempatan ini untuk menakut nakuti korbannya dengan dalih akan memberikan nilai jelek atau tidak dinaikan kelas, atau bisa juga mengimingi imingi dengan rupiah. Dengan dalih dan cara apapun, perbuatan seperti itu tidak di benarkan, berhak untuk secepatnya di laporkan ke pihak berwajib agar mendapat hukuman setimpal, katanya saat di wawancarai seusai acara diskusi dan bedah buku di kantor Forum Rogojampi Bersatu (FRB).
Lanjut, Erick panggilan akrabnya menegaskan bahwa kasus seperti ini harus menjadi perhatian khusus, sebab pencabulan anak dibawah umur ini termasuk kejahatan extra ordinary crime. Proses hukum dari Kepolisian, Kejaksaan hingga Pengadilan harus mendapat perhatian khusus agar tidak lolos begitu saja, atau divonis ringan. Predator ini harus dihukum seberat beratnya, agar tidak muncul predator baru lagi yang bisa merusak generasi bangsa terutamanya generasi muda Banyuwangi, tegas Erick yang juga menjadi Pimpinan Redaksi (Pimred) media online suarapecari.com
Erick menambahkan dengan banyaknya kasus kekerasan terhadap anak dibawah umur yang sering terjadi di Banyuwangi, terbukti bahwa Kabupaten berjuluk sunrise of java masih tidak ramah terhadap anak. Hal ini harus menjadi perhatian khusus Pemerintah Kabupaten (Pemkab) untuk melindungi warganya terutamanya anak anak dari kekerasan sexual yang sering terjadi. Maka dari itu, butuh pengawasan yang ekstra ketat baik di lingkungan rumah maupun di sekolah, anak anak harus di awasi dengan ketat agar tidak menjadi mangsa para predator. Untuk menhindari predator ini, Anak juga harus diberikan arahan, wawasan agar tidak gampang percaya di semua orang, kalau ada gerak gerik mencurigakan terhadap seseorang langsung berteriak meminta pertolongan dan atau laporkan langsung di kantor Polisi terdekat, imbuhnya. (Ganda)
Exit mobile version