PT Bumi Suksesindo (BSI) Bersiap Transisi dari Open Pit ke Eksplorasi Bawah Tanah

PT Bumi Suksesindo (BSI) Bersiap Eksplorasi Bawah Tanah

Suara Pecari, Banyuwangi – PT Bumi Suksesindo (BSI), operator tambang emas di bawah naungan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), mengumumkan rencananya untuk melakukan transisi dari sistem pertambangan terbuka (open pit) ke pertambangan bawah tanah di tambang emas Tujuh Bukit Banyuwangi, Jawa Timur. Hal ini disampaikan oleh Heap Leach Operation Head PT Bumi Suksesindo, Hariadhi Anjar Kusuma.

Hariadhi mengungkapkan bahwa produksi emas di tambang tersebut diprediksi akan mengalami penurunan, dari sebelumnya mampu menghasilkan 3-4 gram emas per ton ore menjadi sekitar 0,8 gram emas per ton ore. Kandungan emas yang semakin menurun menjadi faktor utama dalam keputusan untuk beralih ke pertambangan bawah tanah.

“Kami akan melakukan transisi untuk menggali potensi batuan yang mengandung tembaga atau tambang tembaga bawah tanah,” ujar Hariadhi, dikutip dari liputan 6 Senin (4/3/2024)

Menurut Hariadhi, sistem pertambangan terbuka relatif sederhana, di mana penambang menggali tanah untuk mencari bijih, kemudian dipindahkan ke heap leach untuk diproses. Namun, dengan kondisi kandungan emas yang menurun, perusahaan memutuskan untuk beralih ke metode pertambangan bawah tanah guna mencari potensi batuan yang lebih bernilai, terutama yang mengandung tembaga.

Rully Franza, General Manager Operation (GMO) BSI, menambahkan bahwa meskipun nilai ekonomis tambang emas menurun, penemuan tembaga menjadi hal positif. Walaupun penambangan emas di Tujuh Bukit Banyuwangi seharusnya ditutup pada tahun 2022, perpanjangan hingga 2027 membuka peluang untuk mengeksplorasi potensi tambang tembaga.

“Saat ini infrastruktur juga sudah disiapkan. Kita syukuri bahwa ada hasil kajian atau FS yang bagus akan potensi tembaga. Umurnya pun juga panjang sekitar 25 tahun. Jadi nanti saya ke sini lagi sama cucu saya tambang ini masih ada,” kata Rully.

Peralihan ke tambang bawah tanah juga tercermin dari progres eksplorasi yang telah mencapai 1,8 kilometer. Rully menekankan bahwa perusahaan akan menjadikan faktor lingkungan sebagai prioritas utama dalam kegiatan pertambangan. Keberlanjutan dan kelestarian lingkungan menjadi fokus penting, terutama dalam menghadapi pemantauan dari berbagai pihak, termasuk lembaga keuangan yang semakin memperhatikan aspek lingkungan dalam pemberian pinjaman.

“Tentu lingkungan tetap kita jadikan skala prioritas. Bahkan kita tidak bisa abai karena dimonitor langsung dari pusat. Terbaru jika sisi environment tidak bagus maka bank tidak akan memberikan pinjaman,” ungkap Rully.