Dinkes Banyuwangi Jadikan15 Desa Sebagai Pilot Project Desa Bebas Nyamuk
Banyuwangi, suarapecari.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi telah menginisiasi 15 desa di wilayahnya sebagai proyek pilot Desa Bebas Nyamuk guna meningkatkan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Program ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memerangi nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus DBD.
Dalam program Desa Bebas Nyamuk ini, berbagai kegiatan akan dilaksanakan, termasuk penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, fogging, membersihkan lingkungan, dan pelatihan kader kesehatan.
Masyarakat akan didorong untuk melakukan kegiatan 3M Plus, yaitu Menguras, Menutup, Mendaur Ulang, dan Plus (memelihara ikan pemakan jentik nyamuk).
“Bantuan dalam penanganan wabah demam berdarah akan sulit jika hanya dilakukan oleh pemerintah daerah. Peran serta sektor swasta dan masyarakat akan sangat membantu dalam menangani penyakit yang semakin merebak ini,” ungkap Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, didampingi Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Amir Hidayat saat meluncurkan program Desa Bebas Nyamuk Keluarga Sehat dan Bebas Gerak di Kecamatan Srono, Banyuwangi, Jawa Timur, pada Rabu (8/5).
Ipuk mengapresiasi program ini yang didukung oleh Kementerian Kesehatan bersama perusahaan FMCG swasta, Enesis (produsen lotion anti nyamuk Soffel), untuk meningkatkan kesadaran pencegahan DBD.
Menurut data Dinas Kesehatan, kasus demam berdarah di Banyuwangi pada tahun 2024 mencapai 234 kasus, dengan jumlah terbanyak di Srono dan Muncar. Program ini akan dilaksanakan di dua wilayah, menargetkan 10 ribu warga. Program ini akan melibatkan 150 kader juru pemantau jentik nyamuk (jumantik) di 15 desa di Kecamatan Srono dan Muncar.
Kader-kader terpilih ini akan bertugas memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya nyamuk Aedes Aegypti serta cara pencegahannya, sambil membagikan lotion anti nyamuk secara gratis. Head of Public Relations Enesis Group, RM Ardiantara, menyatakan bahwa edukasi pencegahan DBD dan Chikungunya ini bukan hanya upaya sementara, melainkan juga investasi jangka panjang untuk mengubah perilaku dan kebiasaan yang berkelanjutan.
“Dengan langsung menyasar keluarga, kami yakin pendekatan ini akan lebih efektif dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, sehingga kasus DBD dapat dikurangi secara signifikan,” ujar Ardiantara.
Sementara itu, Chief HR, Legal, PR, dan RA Enesis Group, Bambang Cahyono, menegaskan pentingnya pencegahan daripada pengobatan. “Melalui Soffell, sesuai dengan tagline perusahaan kami ‘healthy product for healthy family’, kami berupaya memberdayakan keluarga dengan memberikan pemahaman tentang pentingnya mencegah perkembangbiakan nyamuk,” tambah Bambang.

