banyuwangi

Omahseum Menjadi Destinasi Baru Wisata dan Edukasi Sejarah di Banyuwangi

Omahseum Menjadi Destinasi Baru Wisata dan Edukasi Sejarah di Banyuwangi

Banyuwangi – Momentum peringatan Hari Museum Sedunia tahun ini di Banyuwangi menjadi istimewa dengan pembukaan museum baru yang menghadirkan sejumlah koleksi bersejarah yang berkaitan dengan Blambangan sejak abad ke-13. Museum baru yang diberi nama Omahseum ini, beralamat di Jalan Widuri, No. 21, Kelurahan Banjarsari, Glagah, Banyuwangi, diinisiasi oleh seorang kolektor bernama Thomas Racharto.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, yang secara resmi meresmikan Omahseum, mengapresiasi inisiatif tersebut. Menurutnya, museum ini bukan hanya sebagai sarana edukatif, tetapi juga menjadi destinasi wisata baru yang potensial.

“Saya sangat senang atas inisiatif Pak Thomas Racharto dan keluarga. Omahseum menjadi dedikasi penting untuk wahana edukasi dan wisata sejarah bagi siapa saja yang ingin mengenal Banyuwangi,” ungkap Ipuk pada hari Minggu, 19 Mei 2024

Ipuk juga menegaskan kesiapan pemerintah daerah untuk mengintegrasikan Omahseum dalam program-program promosi pariwisata di ujung timur Jawa. Terletak di jalur wisata menuju ke Ijen dan Desa Adat Osing Kemiren, Omahseum diharapkan akan menjadi salah satu destinasi favorit para wisatawan.

“Para wisatawan kini dapat menikmati sejumlah museum di Banyuwangi, termasuk Museum Blambangan dan Museum PIGGI (Pusat Informasi Geologi Geopark Ijen), serta Omahseum,” tambahnya.

Omahseum sendiri merupakan inisiatif dari Thomas Racharto, seorang kolektor yang telah mengumpulkan benda-benda kuno sejak tahun 1971. Dengan pengalaman puluhan tahun, Racharto telah berhasil mengumpulkan lebih dari 1.200 koleksi.

Di Omahseum, ribuan artefak Balambangan kuno seperti lingga, kendi, manik-manik, kitab kuno, keris, pedang, hingga fosil-fosil tersaji dengan indah. Salah satu koleksi yang menarik adalah naskah kuno Lontar Sritanjung.

“Kami berharap naskah kuno ini dapat diakui sebagai IKON (Ingatan Kolektif Nasional) dan diserahkan kepada Perpustakaan Nasional oleh Perpustakaan Daerah,” ungkap Racharto.

Naskah Lontar Sritanjung diyakini merupakan legenda asal-usul nama Banyuwangi, sehingga memiliki arti penting dalam sejarah dan kepercayaan masyarakat Blambangan. Dengan kehadiran Omahseum, harapannya akan semakin memperkaya pengetahuan dan pengalaman wisatawan tentang sejarah dan budaya Banyuwangi.

Exit mobile version