Pandai Besi Tradisional Banyuwangi Tetap Unggul di Tengah Persaingan
Banyuwangi – Desa-desa di Banyuwangi tetap mampu bersaing dalam dunia pandai besi tradisional, meski dihadapkan pada persaingan sengit dengan produk pabrikan. Kualitas yang terjaga secara turun-temurun menjadi kunci keberhasilan mereka dalam mempertahankan eksistensi di pasar modern.
Di Desa Kabat, Kecamatan Kabat, Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Desa Lemahbangkulon, dan Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh, puluhan pandai besi menghasilkan beragam peralatan dapur dan pertanian. Mereka tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga menerima pesanan dari berbagai wilayah di Indonesia, bahkan hingga ke Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan Sumbawa.
Salah satu pengrajin pandai besi di Banyuwangi ini adalah Kandar Nurhadi dari Dusun Kendal, Desa Sumberbaru. Dengan pengalaman lebih dari 35 tahun, Kandar menghasilkan pisau, cangkul, celurit, sekop, hingga senjata seni seperti pedang dengan ukiran khusus sesuai pesanan. Dia mewarisi keterampilan dari kakeknya, Mbah Kawit, yang merupakan perintis pandai besi di desanya.
“Kami selalu menjaga kualitas produk. Bahan baku yang kami gunakan, seperti baja, dipilih untuk kekuatan dan ketajaman yang optimal,” ungkap Kandar.

Kunjungan Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, ke desa ini juga menegaskan keunggulan produk lokal. “Kualitasnya sangat bagus dan kuat karena dibuat secara tradisional. Terbukti hingga kini pandai besi di kampung ini banyak menerima pesanan dan mampu bersaing dengan produk pabrikan,” ujar Ipuk.
Dengan semangat warisan dan inovasi, pandai besi di desa-desa Banyuwangi terus beradaptasi dengan perkembangan zaman untuk tetap relevan dalam industri peralatan tajam dan pertanian. Keberhasilan mereka menjadi inspirasi bagi pengrajin lokal lainnya untuk terus melestarikan kearifan lokal sambil tetap bersaing di pasar global yang semakin kompetitif.

