Putri Siami Siap Melanjutkan Tradisi Tenun Khas Osing Banyuwangi yang Terancam Punah

Foto Siami, penenun tradisional Osing Banyuwangi, sedang menenun kain dengan alat tenun tradisional.

Banyuwangi – Di Desa Jambesari, Kecamatan Giri, Banyuwangi, kerajinan tenun khas Suku Osing masih bertahan berkat dedikasi seorang perajin legendaris, Siami. Namun, kini muncul harapan baru dari putri Siami, Ariyana (43), yang bertekad untuk meneruskan keterampilan menenun ibunya demi menjaga warisan budaya ini tetap hidup.

Ariyana selama ini aktif membantu ibunya dengan memintak benang untuk keperluan menenun. “Saya saat ini sudah bisa meminta benang. Sebenarnya saya sudah mulai bisa menenun. Tapi masih belum diberi izin sama ibu untuk menenun. Saat ini saya terus mempelajarinya dan akan meneruskan tenun khas Osing ini agar tidak punah,” tegasnya.

Kepala Desa Jambesari, Muhammad Ali Mansur, turut mengakui bahwa tradisi menenun khas Osing menghadapi ancaman serius. “Hingga saat ini, Siami adalah satu-satunya perajin yang tersisa. Generasi penerusnya sangat terbatas,” ungkap Mansur. Ia berharap agar kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan ini dapat menggugah minat generasi muda untuk turut serta.

Mansur, yang biasa dipanggil akrab sebagai Mansur, juga berencana mengadakan pelatihan pemasaran bagi produk tenun yang dihasilkan Siami. Menurutnya, produk-produk tersebut selama ini hanya dipasarkan di daerah Banyuwangi, sehingga perlu upaya lebih luas untuk mengenalkannya ke pasar yang lebih besar. “Selain pelatihan pemasaran, kami juga akan mencoba melakukan pengadaan alat tenun di masa depan,” tambahnya.

Dengan adanya dukungan yang mulai bermunculan, baik dari individu seperti Ariyana maupun dari rencana pemerintah desa, diharapkan kerajinan tenun Osing dapat terus berkembang dan dikenal lebih luas. Semangat Ariyana dan komitmen para pihak terkait mencerminkan harapan besar untuk memastikan bahwa tradisi ini tidak hanya bertahan, tetapi juga diwariskan kepada generasi selanjutnya.