Siyami, Penenun Tertua di Banyuwangi, Lestarikan Warisan Tenun Osing

Siyami, Penenun Tertua di Banyuwangi, Lestarikan Warisan Tenun Osing

Banyuwangi, – Siami (72), seorang perajin tenun asal Desa Jambesari, Kecamatan Giri, Banyuwangi, dikenal sebagai penenun tertua di daerah ini yang setia melestarikan tenun Osing, warisan budaya khas suku Osing. Di usia senjanya, Siami tetap bersemangat mempertahankan keterampilan menenun yang sudah diwariskan turun-temurun.

Siyami bercerita bahwa di masa lalu, daerah tempat tinggalnya merupakan sentra penghasil tenun. Ia belajar menenun secara otodidak dengan mengamati ibunya yang juga seorang penenun. “Saya tidak pernah diajari menenun oleh ibu. Saya hanya mengamati, setelah ibu saya meninggal, saya mencoba-coba sendiri dengan modal ingatan saja,” ungkap Siami Kamis, (05/12/2024).

Meskipun menghadapi banyak kegagalan, Siami tidak menyerah. Setelah berdoa di makam ibunya, ia kembali mencoba menenun dan akhirnya berhasil menguasai teknik tersebut. “Saya ke makam ibu, mengirimkan doa di sana. Lalu saya coba menenun lagi dan akhirnya berhasil,” tambahnya dengan penuh haru.

Motif tenun asli Banyuwangi, suku Osing, dibuat oleh Siami
Motif tenun asli Banyuwangi, suku Osing, dibuat oleh Siami

Tenun Osing yang dihasilkan oleh Siyami memiliki berbagai jenis motif, di antaranya Solok, Gedhog, Kluwung, dan Boto Lumut. Masing-masing motif memiliki makna dan fungsi tersendiri. Misalnya, motif Kluwung dan Gedhog biasanya digunakan untuk ritus kehidupan, sementara motif Solok dan Boto Lumut tidak memiliki peruntukan khusus. Proses pembuatan kain tenun ini sangat rumit dan memakan waktu, dimulai dari njenang (mengolah nasi dicampur air) hingga nyikati benang (melapisi benang), yang kemudian dilanjutkan dengan proses nggulung/ngliring, proses mani (memasukkan benang ke alat tenun), dan akhirnya menenun.

Diperlukan waktu sekitar satu bulan untuk menyelesaikan pembuatan satu kain tenun. Namun, meskipun keterampilan ini sangat bernilai, regenerasi penenun Osing semakin menurun. Untuk menjaga kelestarian tenun Osing, Siyami kini mengajarkan keterampilan menenun kepada anaknya, agar warisan budaya ini tetap terpelihara.

Siyami berharap agar generasi muda dapat terinspirasi dan terdorong untuk turut menjaga serta mengembangkan kekayaan budaya Indonesia, khususnya dalam hal tenun Osing. “Saya ingin tenun Osing tetap hidup dan diterima oleh generasi muda agar budaya ini tidak hilang begitu saja,” ujarnya.

Melalui dedikasi dan semangat Siyami, warisan budaya tenun Osing dapat terus lestari dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Banyuwangi dan Indonesia.