Ragam Tradisi Banyuwangi yang Ditampilkan dalam Festival Kuwung 2024 “Peningset Cindhe Sutro”

Ritus Selametan Buyut Cungking, festival Kuwung Banyuwangi 2024

Banyuwangi, – Festival Kuwung 2024 yang digelar pada Sabtu malam (7/12/2024) di Keyang, Banyuwangi, sukses menyuguhkan pertunjukan seni dan budaya yang memukau. Mengusung tema “Peningset Cindhe Sutro”, festival ini mengangkat makna mendalam tentang merajut persatuan dalam keberagaman. Festival yang melibatkan berbagai komunitas seni dari seluruh Banyuwangi ini menampilkan kekayaan tradisi budaya yang luhur, dengan masing-masing distrik budaya mempersembahkan ritus dan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.

Ritus Selametan Buyut Cungking

Wilayah Banyuwangi Kota dan sekitarnya menampilkan Ritus Selametan Buyut Cungking dengan kesenian Bordah berjudul Resik Kagungan. Ritus ini merupakan penghormatan terhadap leluhur daerah Cungking yang digelar di Taman Nasional Baluran. Masyarakat setempat meyakini bahwa kawasan Baluran adalah sawah milik Buyut Cungking atau Ki Buyut Wangsakarya. Filosofi dari ritus ini adalah rasa syukur dan penghormatan terhadap alam serta leluhur, yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Banyuwangi.

Ritus Shanyang

Rogojampi dan sekitarnya mempersembahkan Ritus Shanyang dengan atraksi kesenian Kuntulan berjudul Sang Hyang Tuwuh. Ritus ini adalah warisan budaya pra-Hindu dari Bali yang berfungsi sebagai upacara tolak bala untuk mengusir wabah penyakit atau roh jahat. Dalam filosofi Peningset Cindhe Sutro, Ritus Shanyang menggambarkan pentingnya keseimbangan antara manusia dan kekuatan alam serta upaya menjaga keharmonisan dengan dunia gaib.

Ritus Baritan

Blambangan Muncar dan sekitarnya menampilkan Ritus Baritan dengan atraksi seni Praburoro berjudul Baritan. Ritus ini dilakukan untuk menyambut Tahun Baru Islam atau 1 Muharram, dengan tujuan mengungkapkan rasa syukur, mencegah bencana, dan mempererat silaturahmi antar warga. Filosofi yang terkandung dalam Ritus Baritan adalah pentingnya menjaga kedamaian dalam masyarakat serta menghargai setiap siklus kehidupan dalam keharmonisan sosial.

Ritus Selametan Purwo

Wilayah Bangorejo dan sekitarnya mempersembahkan Ritus Selametan Purwo dengan atraksi seni Jaranan berjudul Pedut Tlatah Purwo. Ritus ini digelar di beberapa titik di Taman Nasional Alaspurwo, seperti Pantai Pancur dan Goa Istana, sebagai bentuk rasa syukur dan permohonan keselamatan bagi masyarakat. Ritus ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan baik dengan alam dan kelestarian lingkungan hidup, yang berkontribusi pada kehidupan yang seimbang dan harmonis.

Ritus Kawin Tebu

Wilayah Glenmore menampilkan Ritus Kawin Tebu dengan atraksi seni Wayang Topeng berjudul Kawin Tebu. Ritus ini dilakukan sebelum penggilingan tebu pertama, dengan cara menikahkan dua batang tebu. Filosofi dari Ritus Kawin Tebu adalah memulai segala sesuatu dengan niat yang kuat untuk meningkatkan taraf hidup, terutama bagi petani tebu. Ritus ini juga mencerminkan pentingnya kerjasama dan tekad bersama dalam mencapai tujuan yang lebih baik dalam kehidupan.

Makna Filosofis Festival Kuwung 2024

Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Dewa Alit Siswanto, menyampaikan bahwa Festival Kuwung 2024 menjadi momen penting untuk mengenalkan ritus dan tradisi yang ada di Banyuwangi kepada masyarakat luas.

“Kami mengusung tema Peningset Cindhe Sutro dengan lima distrik atraksi yang masing-masing menampilkan ritus yang ada di masyarakat. Tujuannya adalah untuk mengenalkan bahwa di Banyuwangi terdapat banyak tradisi yang sarat akan makna, yang penting untuk diketahui oleh masyarakat dan generasi muda agar dapat menjaga warisan budaya kita,” ungkapnya, (9/12)

Festival Kuwung 2024 tidak hanya merayakan kekayaan seni dan budaya Banyuwangi, tetapi juga menggambarkan filosofi Peningset Cindhe Sutro, yang mengajarkan bahwa keberagaman adalah kekuatan yang harus dirawat dengan saling menghargai, bekerja sama, dan menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.