Open House Bupati Banyuwangi: Difabel Berbagi Inspirasi, Bukti Inklusi Sosial Jadi Prioritas
BANYUWANGI – Dalam suasana penuh kehangatan dan kebersamaan, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menggelar acara open house di Pendopo Sabha Swagatha, Kamis (3/4/2025). Tak hanya ajang silaturahmi, kegiatan ini juga menjadi ruang inklusif bagi para penyandang disabilitas untuk berbagi pengalaman inspiratif.
Sejumlah komunitas difabel turut hadir, seperti Gerkatin dan Taliwangi, menambah semarak suasana. Di hadapan para tamu, Bupati Ipuk menegaskan pentingnya inklusi sosial sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan di Banyuwangi.
“Banyuwangi harus menjadi rumah bagi semua, termasuk sahabat difabel. Mereka berhak mendapat ruang untuk tumbuh dan berkontribusi membangun daerah,” tegas Ipuk.
Salah satu sosok inspiratif yang hadir adalah Wahyu Riyanto, influencer tunadaksa asal Banyuwangi yang kini berkarier di Jakarta sebagai content creator. Wahyu pernah meraih Beasiswa Banyuwangi Cerdas pada 2016, dan kini aktif mengangkat konten bertema pendakian gunung, membuktikan keterbatasan fisik bukan halangan untuk berkarya.
Dalam sesi berbagi, Wahyu menyampaikan pengalamannya berkolaborasi dengan berbagai tokoh, termasuk komedian Tretan Muslim, dan mendorong teman-teman difabel untuk tidak ragu mengekspresikan diri melalui media digital.
“Saya belajar bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti. Kita semua bisa memberi kontribusi, asal punya semangat,” ungkapnya.
Inspirasi juga datang dari Nadifa Hayu Aulia, seorang tunarungu yang sukses membangun usaha sejak 2019 di Bali bersama suaminya, Fatur Ashad. Bagi Nadifa, tantangan komunikasi bukan halangan selama ada keberanian untuk mencoba.
“Saya belajar dari suami saya bagaimana berani berinteraksi. Dengan usaha dan kepercayaan, orang akan memahami,” tuturnya dengan bahasa isyarat yang diterjemahkan.
Selama ini, Pemkab Banyuwangi telah konsisten mendorong program inklusi, termasuk dengan mendirikan 162 sekolah inklusi jenjang SD-SMP, mengangkat 250 guru pendamping untuk lebih dari 1.100 siswa berkebutuhan khusus, serta memberikan Beasiswa Banyuwangi Cerdas untuk pelajar difabel.
Inisiatif lain seperti Festival Kita Bisa, program Go on Document (Godoc) untuk pembuatan dokumen kependudukan secara door-to-door, serta pembangunan infrastruktur publik ramah difabel, menjadi langkah nyata Banyuwangi menciptakan ruang setara bagi semua.
Tak hanya itu, jalur khusus difabel dalam rekrutmen ASN dan dorongan terhadap dunia usaha agar membuka lowongan bagi penyandang disabilitas menjadi bentuk komitmen inklusif Banyuwangi.
“Kami ingin semua pihak bergerak bersama. Pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha harus bergandengan untuk menciptakan lingkungan yang adil dan ramah bagi sahabat difabel,” pungkas Ipuk.
Melalui berbagai kebijakan tersebut, Banyuwangi membuktikan bahwa keberagaman bukan hanya diterima, tapi dirayakan—menjadikan inklusi sosial sebagai kekuatan bersama dalam pembangunan.

