Banyuwangi Batik Festival 2025 Angkat Motif “Wader Kesit”, Tampilkan Kolaborasi Elegan Pembatik dan Desainer

Banyuwangi Batik Festival 2025 Angkat Motif “Wader Kesit

Banyuwangi, – Keanggunan Batik Banyuwangi kembali memukau publik dalam Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2025 yang digelar di Gesibu Blambangan, Sabtu malam (19/10). Tahun ini, BBF menampilkan motif lawas “Wader Kesit” sebagai ikon utama, memadukan kekayaan budaya lokal dengan kreativitas modern.

Sebanyak 60 busana batik diperagakan dalam panggung mode yang menjadi ajang tahunan sejak 2013. Koleksi ini merupakan hasil kolaborasi 15 desainer dan pelaku batik lokal. Motif “Wader Kesit” — yang terinspirasi dari ikan sungai wader — menjadi simbol filosofi masyarakat Banyuwangi yang adaptif dan berani menghadapi tantangan hidup.

“BBF bukan sekadar peragaan busana. Ini adalah jembatan kolaborasi antara desainer, pengrajin batik, dan industri. Tujuannya untuk mengangkat wastra Banyuwangi ke kancah nasional,” ujar Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani.

Selain menjadi panggung kreasi, BBF 2025 juga menghadirkan pelaku UMKM batik dari berbagai wilayah di Banyuwangi. Desain yang ditampilkan bervariasi, mulai dari gaya elegan hingga sporty, dengan konsep “ready to wear” dan pilihan warna kain yang beragam — dari warna bumi seperti krem dan terakota hingga warna cerah seperti merah, jingga, biru, dan kuning.

Kolaborasi dengan Bulan Inklusi Keuangan

BBF tahun ini juga menjadi bagian dari rangkaian Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2025 yang digelar bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jember. Kolaborasi ini memperkuat literasi finansial bagi pelaku industri batik agar mampu mengelola keuangan dan mengembangkan usaha secara berkelanjutan.

“Kami berterima kasih kepada OJK Jember yang telah berkolaborasi dalam BBF 2025. Ini memperkuat literasi finansial di sektor batik lokal,” tambah Ipuk.

Industri Batik Terus Tumbuh

Samsudin, pelaku batik dari IKM Batik Banjarwangi, menyebut BBF sebagai ruang penting dalam mendorong keberlangsungan ekosistem batik dari hulu ke hilir.

“Dari produksi, kualitas kain, hingga pemasaran, BBF membuat industri batik terus tumbuh,” ujarnya.

Sementara itu, Siti Romelah dari IKM Batik My Isoen yang telah berpartisipasi sejak BBF pertama digelar, menyampaikan bahwa festival ini efektif menjadi sarana promosi sekaligus pelestarian motif batik khas Banyuwangi.

“Ada sekitar 60 motif batik Banyuwangi. BBF telah memperkenalkan banyak di antaranya, dan setiap motif yang ditampilkan selalu jadi tren dan diminati masyarakat,” ungkapnya.

Rangkaian Banyuwangi Batik Festival dan Bulan Inklusi Keuangan dimulai sejak 17 Oktober 2025 dengan berbagai kegiatan edukatif dan budaya, termasuk talk show, kompetisi, hingga konser musik yang menutup perayaan pada 19 Oktober.

Tinggalkan Balasan