Kontroversi Penggalian Arkeologi Israel di Tepi Barat, Palestine (Bagian 1)
Suara Pecari, Ramallah – Kontroversi muncul di Tepi Barat setelah Universitas Bar Ilan Israel mengumumkan penemuan desa arkeologi berusia 4.000 tahun di Khirbet Tibnah pada Agustus tahun lalu. Penggalian yang dimulai pada Juli 2022, pertama kali dilakukan di Tepi Barat sejak tahun 1980an, mendapat otorisasi dari Unit Arkeologi Administrasi Sipil Israel.
Penggalian seluas 50 dunum (sekitar 12 hektar) ini menimbulkan kemarahan penduduk Palestina, yang melihatnya sebagai bagian dari kebijakan sistematis Israel yang menargetkan wilayah arkeologi di Tepi Barat dan mengambil alih barang antik sejak tahun 1967.
dilansir dari Al-Monitor, melaporkan bahwa mahasiswa dari Universitas Bar-Ilan dan sejumlah pemukim Yahudi dari pemukiman Halamish terlibat dalam penggalian tersebut. Saksi mata melaporkan bahwa tentara Israel turut dikerahkan ke daerah tersebut bersama pekerja penggalian.
Wakil Menteri Pariwisata dan Purbakala Palestina, Saleh Tawafsha, menuduh Israel melancarkan serangan sistematis terhadap barang antik Palestina untuk memalsukan sejarah. Menurutnya, penggalian ilegal dan pencurian barang antik terjadi di puluhan situs, termasuk di daerah Tel Rumeida di Hebron, Sebastia dekat Nablus, al-Fraidis Betlehem, Tel Dothan dekat Jenin, serta Salfit dan Ramallah.
Tawafasha mengungkapkan bahwa dari 7.000 landmark dan situs arkeologi di Tepi Barat, 60% berlokasi di Area C yang dikuasai Israel. Dia menyatakan bahwa sebagian besar situs tersebut mengalami perusakan, penjarahan, dan pencurian oleh Israel. Pernyataan ini menambah ketegangan antara Israel dan Palestina, yang sudah lama terlibat dalam konflik wilayah dan sejarah. Otoritas Palestina mengecam tindakan tersebut dan menuntut penghentian penggalian ilegal serta restitusi barang antik yang dianggap milik Palestina.

