Khataman Al-Qur’an 1.446 kali dalam Sehari, ASN Kemenag Banyuwangi Perkuat Semangat Spiritual
Banyuwangi – Sebuah pencapaian luar biasa tercatat dalam kegiatan khataman Al-Qur’an yang digelar di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Banyuwangi pada Senin (17/3/2025). Dalam satu hari, sebanyak 1.446 kali khataman berhasil diselesaikan secara serentak oleh Aparatur Sipil Negara (ASN), Guru Madrasah Swasta, Guru Pendidikan Agama Islam, serta siswa madrasah dari berbagai lokasi.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi bentuk dedikasi terhadap nilai-nilai spiritual, tetapi juga memperkuat aspek religius dalam lingkungan kerja para ASN. Kepala Kantor Kemenag Banyuwangi, Dr. Chaironi Hidayat, mengapresiasi pencapaian ini sebagai bentuk komitmen ASN dalam menginternalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
“Khataman ini bukan hanya soal angka, tetapi juga wujud membangun spiritualitas kolektif yang berdampak pada peningkatan moral dan etos kerja. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai agama telah menjadi bagian dari budaya kerja ASN di lingkungan Kemenag,” ujar Chaironi Hidayat.
Dari perspektif sosiologi agama, praktik khataman Al-Qur’an bersama ini memiliki dimensi sosial yang kuat. Selain memperkuat nilai spiritual, kegiatan ini juga membangun solidaritas dan identitas keagamaan dalam institusi pemerintahan.
Setelah khataman, suasana kebersamaan semakin terasa melalui acara buka puasa bersama yang dikemas dengan konsep tradisional. Para ASN duduk melingkar beralaskan daun pisang, menikmati hidangan sederhana berupa terong bakar dan ikan asin. Menurut kajian antropologi, makan bersama dengan konsep seperti ini tidak hanya sekadar aktivitas konsumsi, tetapi juga menjadi simbol kesetaraan sosial yang menghapus batas hierarki dalam interaksi antarindividu.
Menariknya, kegiatan ini juga dihadiri oleh ASN non-muslim yang turut serta dalam kebersamaan tersebut. Kehadiran mereka mencerminkan toleransi dan inklusivitas, menunjukkan bagaimana ruang sosial di institusi pemerintahan dapat menjadi wadah interaksi lintas agama yang harmonis.
Secara psikologis, berbuka puasa bersama dalam suasana yang penuh kebersamaan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan emosional dan sosial. Studi menunjukkan bahwa pengalaman berbagi makanan dalam kelompok dapat memperkuat hubungan interpersonal dan menciptakan perasaan keterikatan yang lebih dalam.
Acara ini membuktikan bahwa kebersamaan tidak selalu bergantung pada aspek material, tetapi lebih pada nilai-nilai kesederhanaan dan ketulusan. Dalam konteks pembangunan sosial, praktik seperti ini dapat menjadi model bagi penguatan harmoni di lingkungan kerja serta menciptakan ekosistem yang lebih inklusif dan suportif.

