Ratu Shima, Sang Pemimpin Bijaksana dari Kerajaan Kalingga

Ratu Shima, Sang Pemimpin Bijaksana dari Kerajaan Kalingga

Ratu Shima, juga dikenal sebagai Shima putri Hyang Syailendra, adalah sosok pemimpin yang dihormati dan legendaris dalam sejarah Perdaban bangsa di Nusantra. Lahir pada tahun 611 M di wilayah yang kini dikenal sebagai Musi Banyuasin, ia adalah putri seorang pendeta dari wilayah Sriwijaya. Kehidupannya penuh dengan peristiwa penting dan pengaruh yang besar terhadap perkembangan budaya dan politik di Nusantara. Ratu Shima adalah istri Kartikeyasinga, seorang pangeran dari Kerajaan Kalingga, dan melalui pernikahan ini, ia menjadi ratu yang dihormati dan dicintai oleh rakyatnya.

Kartikeyasinga, suami Ratu Shima, adalah putra dari Raja Kalingga Kediri (632-648 M) dan seorang ibu yang berasal dari Kerajaan Melayu Sribuja yang beribu kota di Palembang. Melalui pernikahan ini, mereka memiliki dua anak: Parwati dan Narayana (Iswara). Parwati kemudian menikah dengan Sang Jalantara, putra mahkota Kerajaan Galuh, yang kemudian menjadi Raja Galuh ke-2 dengan gelar Prabu Suraghana (702-709 M). Dari pernikahan ini, lahirlah Dewi Sanaha, yang kemudian menikah dengan Bratasenawa atau Prabu Sanna, dan memiliki seorang anak bernama Sanjaya, yang kemudian menjadi Rakai Mataram (723-732 M).

Pemerintahan Ratu Shima

Ratu Shima memerintah dengan kebijaksanaan dan ketegasan yang luar biasa. Pemerintahannya di Kerajaan Kalingga dikenal sebagai masa keemasan karena kedamaian, stabilitas, dan kemakmuran yang ia bawa. Ia terkenal dengan julukan Ratu Adil karena penerapan hukum yang keras dan tegas, terutama dalam memberantas pencurian dan kejahatan, serta mendorong kejujuran di kalangan rakyatnya. Salah satu kisah yang paling terkenal tentang kejujuran rakyat Kalingga adalah ketika seorang raja asing menguji kejujuran rakyat dengan meletakkan kantung berisi emas di persimpangan jalan. Selama tiga tahun, tidak ada seorang pun yang menyentuh kantung itu, hingga akhirnya putra mahkota secara tidak sengaja menyentuhnya dengan kakinya. Sang Ratu menjatuhkan hukuman memotong kaki putra mahkota sebagai tanda ketegasan dalam menegakkan hukum.

Masa pemerintahan Ratu Shima juga ditandai dengan hubungan diplomatik yang kompleks dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara. Kerajaan Sriwijaya, yang berhasil menaklukkan Kerajaan Melayu pada tahun 683 M, mencoba mencairkan hubungan dengan Kerajaan Sunda dan Kalingga. Namun, Ratu Shima menolak tawaran persahabatan dari Sriwijaya karena sakit hati atas penyerangan Sriwijaya terhadap Kerajaan Melayu, yang merupakan kerabat Kalingga. Ketegangan ini hampir menyebabkan perang besar, namun berhasil dilerai oleh Sri Maharaja Tarusbawa dari Kerajaan Sunda, yang berhasil menghindarkan konflik antara kedua kerajaan.

Prasasti Sojomerto

Arca Ratu Sima dan Prasasti Sojomerto
Arca Ratu Sima dan Prasasti Sojomerto

Ratu Shima adalah pemeluk Hindu Siwa yang taat, namun ia juga mendukung perkembangan agama Buddha di kerajaannya. Di bawah kepemimpinannya, Kalingga menjadi pusat perkembangan budaya Hindu-Buddha yang harmonis. Wilayah sekitar kerajaannya sering disebut sebagai Di Hyang, tempat bersatunya dua kepercayaan ini. Ratu Shima juga mengadopsi sistem pertanian dari kerajaan kakak mertuanya dan merancang sistem pengairan yang dikenal sebagai Subak, yang sangat penting bagi perkembangan pertanian di kerajaannya.

Peninggalan penting dari masa Wangsa Sailendra yang berkaitan dengan Ratu Shima adalah Prasasti Sojomerto. Prasasti ini ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, dan beraksara Kawi serta berbahasa Melayu Kuna. Prasasti ini, meskipun tidak menyebutkan angka tahun, diperkirakan berasal dari akhir abad ke-7 atau awal abad ke-8 Masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais dan mencatat keluarga Dapunta Selendra, yang dianggap sebagai leluhur raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.

Kepemimpinan Ratu Shima meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah Indonesia. Masa pemerintahannya tidak hanya dikenal karena ketegasan dan keadilan, tetapi juga karena kemajuan budaya, pertanian, dan agama yang dicapai di bawah kepemimpinannya. Ratu Shima dikenang sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, tegas, dan dihormati, yang berhasil membawa Kalingga ke puncak kejayaannya. Pamor Ratu Shima dalam memimpin kerajaannya luar biasa, ia amat dicintai oleh rakyatnya, dari wong cilik hingga elit kekuasaan, yang menjadikan masa pemerintahannya sebagai salah satu periode yang paling gemilang dalam sejarah Nusantara.

Dengan warisan yang ditinggalkannya, Ratu Shima menjadi inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya dalam memahami pentingnya kejujuran, ketegasan, dan kebijaksanaan dalam kepemimpinan. Masa pemerintahannya merupakan contoh klasik bagaimana seorang pemimpin dapat membawa perubahan positif yang berdampak jangka panjang bagi kesejahteraan rakyat dan stabilitas kerajaan.

sumber: wikipedia