Pemkab Banyuwangi Uji Coba Pompa Air Tenaga Surya, Dorong Pertanian Ramah Lingkungan dan Mandiri Energi
BANYUWANGI — Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus berinovasi dalam mendorong pertanian berkelanjutan. Salah satu langkah terbarunya adalah melakukan uji coba pemanfaatan pompa air tenaga surya untuk mendukung kegiatan pertanian, khususnya di daerah rawan kekeringan.
Pompa air bertenaga matahari ini menjadi solusi alternatif tanpa ketergantungan pada Bahan Bakar Minyak (BBM) maupun listrik konvensional, sehingga lebih hemat biaya dan ramah lingkungan.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menjelaskan bahwa inovasi ini merupakan bagian dari strategi memperkuat ketahanan pangan melalui pemanfaatan energi terbarukan. Langkah ini juga menjadi bentuk adaptasi pertanian lokal terhadap dampak perubahan iklim dan krisis energi.
“Kami dorong petani untuk memanfaatkan energi bersih dan terbarukan. Pompa tenaga surya ini adalah contoh nyata bagaimana teknologi dapat menjadi solusi pertanian yang lebih hemat, mandiri, dan berkelanjutan,” kata Ipuk, Rabu (28/5/2025).
Uji coba awal dilakukan di lahan milik Kelompok Tani Katelas di Desa Alasrejo, Kecamatan Wongsorejo, bekerja sama dengan produsen pompa tenaga surya.
Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, Ilham Juanda, menyampaikan bahwa pompa ini telah dipasang secara permanen dan diuji selama beberapa pekan. Air dipompa dari sumur dangkal dan dialirkan ke petak sawah menggunakan sistem irigasi sederhana.
“Kalau hasilnya positif, kita akan usulkan perluasan ke kelompok tani lain, tidak hanya di Wongsorejo, tetapi juga di kecamatan-kecamatan lain,” ujar Ilham.
Menurutnya, keberadaan pompa ini memberikan peluang tanam di musim kemarau, yang sebelumnya sulit dilakukan karena keterbatasan air. Harapannya, indeks pertanaman bisa meningkat dari 3 kali menjadi 4–5 kali dalam setahun.
Efisiensi biaya juga menjadi keunggulan utama. Petani tidak lagi harus membeli BBM dalam jumlah besar untuk pompa diesel.
Petani setempat, Susanto, mengaku terbantu dengan adanya pompa tenaga surya.
“Dulu untuk tanaman jagung, kami habiskan sekitar Rp4 juta hanya untuk bahan bakar. Sekarang, cukup dengan tenaga matahari, air bisa naik ke lahan. Biaya jadi jauh lebih murah,” ungkapnya.
Penyuluh pertanian juga turut dilibatkan dalam sosialisasi penggunaan dan perawatan alat, agar para petani mampu mengoperasikan pompa secara mandiri dan berkelanjutan.
Inovasi ini disambut antusias para petani. Mereka berharap teknologi ini bisa menjadi standar baru pertanian Banyuwangi, terutama dalam menghadapi tantangan musim kering dan naiknya harga energi.
