Dana PIP di SMP Islam Mayangan Diduga Ada Potongan, Siswa Hanya Terima Rp 100 Ribu

Jember, suarapecari.com – Para wali murid di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Mayangan Gumukmas, mengeluhkan penerimaan program Indonesia Pintar (PIP). 
Pasalnya, bantuan pemerintah sebesar Rp750 ribu  tersebut,  diminta oleh pihak sekolah sebesar Rp650 ribu. Sehingga, para peserta PIP hanya menerima uang sebesar Rp100 ribu.
Demikian kata Salah satu wali murid di SMP Islam Mayangan Gumukmas penerima PIP yang enggan disebutkan namanya saat dikonfirmasi media ini, Kamis (12/10/2022)
Dia mengungkapkan bahwa setelah melakukan pencairan bantuan dari pemerintah di Bank Rakyat Indonesia (BRI), siswa penerima PIP diminta untuk kumpul di sekolah. Untuk membawa uang yang baru dicairkan sebesar Rp750 dengan buku tabungan. 
“Terus ngomong gurunya, diminta semua (Rp750 ribu) ,katanya untuk semua murid dibagi-bagi, untuk pembayaran buku. Seragam olahraga, sama almamater itu. dan Rp750 ribu itu dipotong Rp650 ribu, terus dikasihkan Rp100 ribu,”ungkapnya
Padahal pemerintah memberikan batuan tersebut, lanjut dia, untuk kebutuhan belajar siswa, seperti beli sepatu, Buku, Seragam hingga uang saku selama bersekolah. 
“Kenapa itu diminta sama sekolahan, katanya sekolahan itu gratis, kayak olahraga, almamater itu katanya gratis, tapi ternyata kok enggak, dan masih ada potongan kayak gini,” jelasnya
Lebih lanjut, katanya siswa di SMP Islam Gumukmas penerima PIP yang mencairkan itu bank BRI, sekitar 20 orang. Mengingat jadwal pencairannya juga tidak bareng masing-masing kelas. 
“8A sama 8B jadi satu. Kalau 7A dan 7B nggak tau, soalnya habis ada pengumpulan itu, besoknya ada pengumpulan lagi,” katanya
“Katanya ya itu, untuk meringankan beban semua siswa, seperti buku itu harganya Rp200 ribu, jadi cuma bayar Rp100 ribu. Kalau tandatangannya saya sendiri, mboten wonten nopo-nopo isine, cuma tanda tangan wali murid, cumak nama, mboten wonten isine nopo-nopo,” jelasnya
Menanggapi hal ini, Kepala SMP Islam Mayangan Hafid mengatakan bahwa terkait masalah itu, sebelumnya sudah mengumpulkan dengan wali murid terkait penggunaan PIP. 
“Untuk program seperti ini, kalau dikelola sendiri (dipegang siswa), dulu saya dapat komplain dari wali murid yang lain. Karena yang dapat (PIP) dan yang tidak dapat, lebih banyak yang tidak dapat,” tanggapnya.
Oleh karena itu dalam penggunaan PIP di sekolah ini, kata Hafid dikelola untuk kepetingan siswa bersama. Supaya tidak terjadi, kecemburuan sosial antara penerima bantuan dan yang tidak. 
“Jadi untuk kebutuhan murid bersama, cuma kalau dikelola oleh Komite, jadi yang dapat (PIP) bisa membatu teman lain, begitu juga ditahap selanjutnya yang sekarang ini dapat, dan lain juga dapat, jadi yang tidak dapat memperoleh manfaat yang sama,” pungkasnya.(Dpn/Sbr)