Kemenag Banyuwangi Gelar FGD Cegah Konflik Sosial Lewat Pendekatan Keagamaan
BANYUWANGI – Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Banyuwangi menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Penguatan Early Warning System (EWS) Berdimensi Keagamaan dalam Mencegah Potensi Konflik Sosial di Masyarakat”, Rabu (9/7/2025), di Meeting Room MAN 1 Banyuwangi.
Kegiatan ini menjadi langkah awal membangun sinergi antara pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat dalam memperkuat sistem deteksi dini konflik sosial melalui pendekatan keagamaan yang inklusif dan partisipatif.
FGD berlangsung dalam suasana terbuka dan dialogis, diikuti berbagai elemen organisasi keagamaan dan sosial di Banyuwangi. Forum ini dimoderatori oleh H. Syafaat, S.H., M.H.I., dan diharapkan mampu merumuskan strategi konkret penguatan EWS berbasis nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal.
Kepala Kemenag Banyuwangi, Dr. H. Chaironi Hidayat, S.Ag., M.M., dalam sambutannya mengingatkan pentingnya kedewasaan masyarakat dalam merespons perbedaan sebagai fondasi utama menjaga harmoni sosial.
“Sebesar apa pun masalah, jika disikapi dengan kedewasaan dan kebijaksanaan, insyaAllah bisa diselesaikan. Sebaliknya, masalah kecil yang disikapi secara emosional dapat berkembang menjadi konflik besar,” ujar Chaironi.
Senada, Kepala Seksi Bimas Islam, H. Mastur, S.Ag., M.Pd.I., menekankan bahwa penguatan EWS tidak cukup berhenti pada level administratif, tetapi harus menyentuh realitas sosial masyarakat. Ia menjelaskan bahwa secara nasional, sistem EWS dibagi dalam beberapa zona, di mana Banyuwangi termasuk dalam zona dua yang mencakup wilayah Jawa dan Bali.
“Diharapkan melalui FGD ini muncul rumusan kebijakan dan kolaborasi nyata antara tokoh agama, pemerintah, dan masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, Kasubbag Tata Usaha Kemenag Banyuwangi yang juga anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Drs. H. Moh. Jali, M.Pd.I., menyoroti pentingnya pendekatan keagamaan sebagai strategi efektif dalam mencegah konflik sosial.
“Konflik yang terkesan berlatar belakang agama sering kali hanyalah topeng dari kepentingan politik atau ekonomi. Maka dari itu, peran tokoh agama dalam menyejukkan suasana menjadi sangat penting,” paparnya.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah organisasi keagamaan dan sosial seperti MUI, PC-NU, PD-Muhammadiyah, PD-Aisyiyah, PC-Muslimat NU, PC-Fatayat NU, Al-Irsyad, IPHI, FKUB, Penyuluh Agama Islam, serta para Kepala KUA se-Kabupaten Banyuwangi.
Melalui kolaborasi lintas sektor, forum ini menjadi tonggak awal memperkuat ketahanan sosial berbasis nilai-nilai keagamaan, demi mewujudkan Banyuwangi yang rukun, damai, dan harmonis.


Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.