Hakordia 2025, Aktivis Banyuwangi Bergerak: Mengingatkan Bahwa Korupsi Mengancam Masa Depan

Ricky Sulivan, Sekretaris LSM Le Pecari, menyampaikan sikap Forum Anti Korupsi (FAK) terkait aksi Hakordia 2025 di Banyuwangi. Sumber Foto (Dok suarapecari)

BANYUWANGI. Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia), yang jatuh setiap 9 Desember, kembali menjadi momen penting bagi publik Banyuwangi untuk bercermin. Sebab, meski waktu terus bergulir, bayang-bayang korupsi masih terasa mengganggu di daerah ini. Banyak perkara yang bergulir, sebagian memang sudah tuntas, namun tidak sedikit pula yang jalan di tempat dan publik tak lagi tahu bagaimana kelanjutan penegakannya.

Keprihatinan inilah yang mendorong Forum Anti Korupsi (FAK) berinisiatif menggelar aksi damai selama tiga hari mulai 8 hingga 10 Desember 2025 di depan Kantor Kejaksaan Negeri Banyuwangi.

Rencana aksi disepakati bersama sejumlah lembaga Swadaya Masyarakat Banyuwangi diantaranya, LSM Le Pecari, Aliansi Rakyat Miskin (ARM), Lembaga Diskusi Kajian Sosial (LDKS) Pilar Jaringan Aspirasi Rakyat (PIJAR), LSM Grib Jaya, dan sejumlah Lembaga yang telah malang melintang di Banyuwangi.

Dalam rapat bersama beberapa Aktivis Senior, seperti Parmin, Sigit, Agus Vespa, Agus Kosangi, Helmi Rosyadi, Bondan Madani, Yahya, Budi Kartiyoko, dan sejumlah aktivis muda lainnya pada Selasa (2/12/2025). Di kediaman As’ad di sepakati Sekretariat Bersama (Sekber) Forum Anti Korupsi (FAK) berada di Kantor Lembaga Le Pecari di Jalan Argopuro Brak kecamatan Kalipuro.

Sekretaris Le Pecari, Ricky Sulivan, menyebut aksi ini lahir dari kegelisahan bersama. Menurutnya, sebagian masyarakat Banyuwangi masih menyimpan pertanyaan besar tentang proses penyelesaian kasus korupsi yang selama 25 tahun terakhir mencuat ke permukaan.

“Kami ingin mengingatkan. Penegakan hukum di Banyuwangi masih perlu dibenahi. Banyak kasus yang mencuat, tapi tak semua jelas ujungnya,” ujar Ricky. Sabtu (6/12/2025).

Dalam dua dekade lebih perjalanan daerah ini, kasus korupsi bukan hal baru. Sejumlah perkara pernah menyeret aparatur pemerintahan, perangkat desa, hingga politisi. Ada yang berakhir hukuman setelah melalui proses persidangan, namun tidak sedikit pula yang hanya ramai di awal dan kemudian menghilang dari pemberitaan tanpa kejelasan.

Beberapa kasus masih didiskusikan oleh masyarakat hingga hari ini ada yang diduga mandek, ada yang tak diketahui tindak lanjutnya, ada pula yang terlapornya tetap menjabat di pemerintahan. Situasi ini membuat publik mempertanyakan sejauh mana proses pengawasan berjalan dan seberapa tegas penegakan hukum diterapkan.

Di tengah pembangunan dan harapan Banyuwangi menjadi daerah yang transparan, sejumlah aktivis menilai bahwa kecenderungan ketertutupan penanganan perkara justru membahayakan masa depan generasi mendatang.

Karena itu, FAK memutuskan menjadikan kantor kejaksaan sebagai pusat aksi. Bagi mereka, lembaga inilah yang menjadi gerbang utama penegakan hukum korupsi di daerah.

Aksi ini juga akan menghadirkan posko edukasi publik. Aktivis ingin mengajak warga Banyuwangi memahami satu hal penting: korupsi bukan sekadar kejahatan terhadap negara, tetapi ancaman nyata terhadap masa depan anak cucu. Setiap rupiah yang hilang, setiap proyek yang tidak berjalan, setiap penyimpangan anggaran yang dibiarkan, sama saja merampas hak generasi berikutnya.

“Ini bukan aksi mencari musuh. Ini seruan moral. Kami ingin Banyuwangi jadi daerah yang benar-benar bersih demi masa depan anak cucu kita,” tegas Ricky.

Para aktivis berharap Hakordia tahun ini menjadi momentum untuk membangkitkan kembali keberanian publik dalam mengawasi jalannya pemerintahan. Di tengah keraguan terhadap tuntas tidaknya sebagian kasus korupsi, aksi ini dimaksudkan menjadi pengingat bahwa masyarakat tidak tinggal diam.

Melalui langkah ini, FAK ingin menyampaikan pesan sederhana namun mendasar: Banyuwangi membutuhkan komitmen lebih kuat untuk memberantas korupsi. Selama praktik koruptif masih terjadi atau penanganannya tidak transparan, risiko yang ditanggung bukan hanya hari ini, tetapi masa depan generasi penerus.

Di tengah geliat pertumbuhan daerah, para aktivis percaya masih ada orang-orang berintegritas yang mampu memperbaiki keadaan. Dan lewat aksi ini, mereka berharap semakin banyak warga yang ikut menjaga Banyuwangi dari praktik yang merugikan publik.

Tinggalkan Balasan