Pemukiman Pulau Santen: Keunikan Kampung Nelayan di atas tanah pantai

BANYUWANGI, Suarapecari.com – Wisata di Banyuwangi banyak menyuguhkan keindahan alam yang sangat eksotis dan menawarkan keunikan cerita Budaya wilayahnya. 
Salah satunya yang ada di pantai dengan sebutan Pulau Santen, tempat wisata ini berada di Kelurahan Karangrejo Kecamatan Banyuwangi. Selain menawarkan keindahan pantai yang di kelilingi pohon Santen dengan pemandangan Selat Bali, disini juga terdapat keunikan berupa pemukiman warga yang bertempat di sekitar area pantai. Asal mula sebutan kuno nama pemukiman disini adalah Gerangan Pakem dan ada juga yang menyebut Pakem Wetan. Untuk Pulau Santen sendiri merupakan sebutan modern yang muncul sekitar Tahun 2000an.
Dalam pantauan media suarapecari.com di lapangan bahwa pemukiman di Pulau Santen sangat unik sekali di Kecamatan Banyuwangi, dikarenakan letak geografisnya terpisah dari daratan utama. Selain itu, rumah warga disini berdiri di atas tanah pantai yang di apit oleh muara di sisi barat dan sisi timur langsung menghadap laut selat Bali. Desain bangunan rumah disini semi permanen separuh tembok separuh gedek atau kayu dengan memakai desain khas rumah adat suku osing.
Selain itu, juga terdapat jembatan yang membelah muara berfungsi menjadi akses penghubung untuk aktifitas keluar masuk warga disini. Penduduk disini rata rata pendatang dari suku madura yang berprofesi sebagai nelayan dan pedagang ikan di pasar.
Sekedar di ketahui kepemilikan tanah yang di tempati warga adalah tanah milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) Komando Daerah Militer (Kodam) V/ Brawijaya dengan pengawasan Sub Denzibang 042/V Brawijaya.
Maka dari itu keunikan semacam ini yang menarik untuk di kupas lebih dalam agar bisa mendapatkan cerita nyata asal mula berdirinya pemukiman disini. Agar nantinya bisa di promosikan untuk di jadikan daya tarik unggulan wisata disini.
Dian yang merupakan ketua Rukun Tetangga (RT) pulau santen saat dikonfirmasi terkait sejarah pemukiman disini beliau mengatakan tidak tahu persisnya sejarah pemukiman disini. Malah dia mengarahkan ke Busairi yang menjadi orang paling tua di pemukiman disini.
Saat ditemui dan dikulik terkait sejarah pemukiman disini dari tetua masyarakat setempat Busairi (9/2/2022) beliau menjelaskan awal mula pemukiman didirikan tahun 1952 oleh beberapa nelayan. Awal bedirinya hanya terdapat 15 rumah saja lama kelamaan banyak berdatangan nelayan dari luar daerah (red-madura) singgah yang akhirnya ikut juga mendirikan bangunan untuk tempat tinggal disini jelas pria lansia berusia 77 tahun yang mengaku ikut babat alas disini.
Busairi melanjutkan ceritanya bahwa tempat ini dulunya semak belukar yang banyak terdapat bermacam tanaman liar yang tidak di ketahui jenisnya. Lalu saya bersama warga nelayan yang pertama mendirikan rumah disini membabati (membersikan) tanaman liar itu dan menggantinya dengan menanam pohon santen. Sebutan pemukiman disini nama aslinya adalah gerangan pakem. Munculnya nama itu karena tempat ini sering kami pakai untuk “”mepe gerang”” yang artinya menjemur ikan untuk di keringkan jadi ikan asin.
Lalu di tahun 2000an namanya di ganti menjadi pulau santen oleh Bupati Samsul Hadi.
“”Asal mulanya tempat disini memang pulau yang di apit oleh muara dan laut. Dulunya batas panjang aliran muara sisi selatan sampai aliran muara Pantai Sobo dan Utaranya hingga muara pantai Boom lebar muara ini kira kira hampir 100 meter””.cerita Busairi kepada media suarapecari.com
Busairi menambahkan warga disini dulunya kalau mau keluar masuk dari kampung naik perahu kecil (ge’tek) yang fungsinya sebagai alat transportasi untuk menyebrangi muara itu sebelum ada pembangunan jembatan. Untuk aktivitas keseharian warga disini adalah mancing di tengah laut jaring ikan dan kalau lagi musimnya mencari bibit ikan (nyo’tok) Itu kegiatan orang disini mulai dulu. tegasnya
Selain Busairi untuk menguatkan cerita asal mula pemukiman pulau santen tim media suarapecari.com menelusuri ke tokoh masyarakat pemukiman pulau santen.
Adalah Sahri (58) yang menjadi tokoh masyarakat pulau santen saat di wawancarai terkait sejarah pemukiman pulau santen beliau menceritakan bahwa awal mulanya kakek saya dulu perantau dari pulau madura datang kesini untuk bekerja nelayan dan membuat gubuk untuk sekedar buat istirahat. Lalu kakek saya membawa beberapa saudaranya dari madura kesini untuk di ajak bekerja sebagai nelayan. Singkat cerita kakek saya dan saudara saudaranya akhirnya menetap disini dan membuat rumah di tanah pulau santen dulunya di sebut pakem timur untuk tempat tinggal. Cerita pemukiman ini versinya Sahri yang  menceritakan kakeknya yang membuka pemukiman disini.
Sahri menerangkan bahwa perkampungan disini tanahnya milik TNI AD yang di sewakan ke warga dengan sistem hak pakai. Sekarang pemukiman sudah dihuni sekitar 63 Kepala Keluarga (KK) dengan banyak rumah sekitar 78 unit mayoritas masyarakat disini beragama islam. Perubahan nama pemukiman menjadi pulau santen  muncul awal tahun 2000an dengan disertai pembangunan jembatan melalui program TNI manunggal membangun Desa (TMMD) dari Kodim 0825 Banyuwangi terangnya.
Selain menawarkan keindahan alamnya konservasi mangrove atau bangunan sejarah (bungker) dan culture disini bisa dijadikan objek edukasi wisata selama konsep pemasarannya bagus dan itu semua bisa menjual di wisatawan. (Ganda)