URL Berhasil Disalin
URL Berhasil Disalin
FRB adalah Embrio Lembaga Yang Edukatif Untuk Kemajuan Daerah
Banyuwangi, Suarapecari.com – PAPDESI (Perkumpulan Aparatur Pemerintah Desa se-Indonesia) Banyuwangi menilai bahwa, keberadaan FRB (Forum Rogojampi Bersatu) dianggap sebagai embrio dan motifasi bagi warga di kecamatan lain untuk membentuk lembaga sejenis, dalam rangka kemajuan pembangunan daerah masing-masing, dengan cara aktif monitoring dan memberikan edukasi kepada masyarakat.
Hal itu disampaikan oleh Mura’i Ahmad, SH., selaku ketua PAPDESI Banyuwangi dalam acara diskusi rutin pinggiran yang bertema “Peranan LSM/Media dan Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin”, yang digelar oleh FRB, bertempat di kantor Jalan Bolodewo Lemahbangdewo Banyuwangi, pada Sabtu siang (30/7/2022).
Ketua PAPDESI yang juga Kepala Desa Gumirih Singojuruh dan akrab dengan sapa’an Kades Mura’i itu mengatakan kepada awak media bahwa, pihaknya menyambut positif atas adanya diskusi pinggiran rutin yang digelar FRB, sebagai wadah pengembangan ilmu, karateristik, kemampuan cara pandang dan cara pikir bagi semua lapisan masyarakat.
“Jangan terkungkung dan bangga dengan jabatan (Red: Kepala Desa) sehingga enggan berkumpul dengan berbagai lembaga/media terkait persoalan kemasyarakatan, karena semua ilmu dan informasi dari adanya diskusi pada suatu persolan, bisa kita tampung dan bicarakan bersama untuk mencarikan solusi,” terangnya.
Kades Murai mengakui, keberadaan FRB berbeda dengan lembaga lain yang bersifat individu, karena FRB lebih fokus bagi pengembangan dan kemajuan daerah masing-masing, dengan aktif monitoring dan adakan kegiatan sosial serta diskusi rutin. “Embrio dari FRB mewarnai seluruh kecamatan di Banyuwangi untuk membentuk lembaga sejenis, dan menjadi tolak ukurnya lembaga yang lain. Kalau lembaga bersifat individu banyak, namun bentuk forum yang konsen kepada permasalahan sosial pada wilayahnya sendiri itu jarang ada,” jelasnya.
Disinggung dengan meningkatnya jumlah tindakan asusila di Banyuwangi, terutama terjadi di wilayah pedesaan, Kades Murai siap memfasilitasi dan mendorong bagi semua instansi/lembaga untuk dibentuk di setiap kecamatan.
“Kemampuan instansi maupun aparat terbatas, informasi dari bawah sangat diperlukan, kita berharap adanya dan terbentuknya lembaga komunitas, misalnya TRC-PPA (Tim Reaksi Cepat – Perlindungan Perempuan dan Anak) yang ada minimal di setiap kecamatan, bisa mengedukasi dan menjembatani masyarakat terkait adanya kasus-kasus asusila. Minimal dapat menyalurkan laporan dengan benar dari masyarakat, bahkan dapat melakukan pendampingan bagi korban. Prinsipnya Papdesi siap menerima dan memfasilitasi,” jelsnya.
Sementara itu, ketua FRB yang juga seorang lawyer, Irfan Hidayat, SH.,MH., menyampaikan rasa terimakasih kepada rekan-rekan FRB yang selalu kompak sehingga program kerja FRB selalu dapat terlaksana dengan baik.
“Terimakasih kepada rekan-rakan yang selalu eksis dan peduli untuk mengedukasi, sehingga acara rutin diskusi bulanan pinggiran dapat terlaksana, minimal persoalan kejadian yang ada di masyarakat juga bisa di solusikan dan masyarakat memahami apa langkah yang harus dilakukan bila menjumpai persoalan,”ungkapnya.
“Tidak semua kades sama dalam konteks pemikiran dan pemahaman tentang LSM, media sebagai bagian dari kontrol masyarakat. Sebenarnya pemerintahan desa berterimakasih, karena dengan keberadaan lembaga/media dapat memonitor dan memberikan informasi sebagai masukan untuk mengambil kebijakan dan dijadikan mitra, bukan malah di hindari,”ujar Irfan.
Pada acara diskusi “pinggiran”,oleh fRB itu, selain narasumber dari Murai Ahmad (ketua PAPDESI Banyuwangi) juga ada Veri Kurniawan (TRC-PPA) Banyuwangi dan Novie Nindyarto (PWRI Pers Banyuwangi) serta Moh.Husen selaku pembawa acara.(Tim)
