Tradisi Mocoan Lontar Yusuf Dijadikan Objek Penelitian Mahasiswa Untag Banyuwangi

Tradisi Mocoan Lontar Yusuf di desa kemiren banyuwangi

Banyuwangi Suarapecari.com – Keberadaan Mocoan Lontar Yusuf sudah ada sejak abad 15 M, yang dibawa oleh Syeh Maulana Ishaq (Syeh Wali lanang) di Kerajaan Blambangan yang merupakan cikal-bakal Kabupaten Banyuwangi. 

Fenomena tradisi Mocoan Lontar Yusuf Banyuwangi rupanya menarik perhatian sekelompok Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Banyuwangi untuk melakukan penelitian. Tradisi Mocoan Lontar Yusuf memiliki makna bagi masyarakat Desa Adat Kemiren, dengan tersebut akan dikupas dalam bentuk kajian ilmiah.

Tim yang terdiri dari tiga mahasiswa Fakultas Hukum dan Ekonomi tersebut adalah Ahmad Chairul Umam, Tri Wahyuni, Rara Pramesty Rhama Dhany. Dalam penelitian yang berjudul LONTAR YUSUF: HERMENEUTIKA SIMBOLIK ARAB JAWA KUNA DALAM MEMBENTUK CIVIL SOCIETY ADAT KEMIREN, mereka menguraikan pengertian Lontar Yusuf itu seperti apa.

Ketua Tim Peneliti, Ahmad Chairul Umam mengatakan, penelitian dilakukan sebagai wujud dari pengamalan Tri Darma Perguruan Tinggi. Untuk itu, ia bersama tim di kelompoknya berupaya untuk mengurai benang merah dari fenomena Lontar Yusuf yang terjadi pada tahun 1829.

“Di sisi lain, Mocoan Lontar Yusuf merupakan kebijakan yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Sehingga tujuan besar dari penelitan ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan model Mocoan Lontar Yusuf dalam mendukung konsep yang efektif dan stretegis bagi Pelestarian di Banyuwangi dalam mendendangkan tembang yang ada,” kata Umam.

Adapun metodologi yang digunakan, lanjut Umam, yaitu dengan menggunakan metodologi penelitan kualitatif.

Berdasarkan hasil dari penelitian melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang dibiayai oleh Kemenristekdikti ternyata Mocoan Lontar Yusuf di Banyuwangi berbeda dengan sihir. Kalau sihir bisa mencelakai orang lain.

Redaksi