Mengubah Limbah Bonggol Jagung Menjadi Jamur Janggel yang Banyak Diminati
Banyuwangi, SuaraPecari – Seorang pemuda berusia 18 tahun bernama Supri Apriliyanto, yang berasal dari desa Papring Banyuwangi, telah menciptakan sukses di dunia bisnis dengan menyulap limbah bonggol jagung menjadi komoditas yang diminati oleh masyarakat. Ia berhasil mengembangkan budidaya jamur janggel secara mandiri di belakang rumahnya, yang kini telah menjadi usaha yang sukses dan laku keras.
Supri, memulai usahanya dalam budidaya jamur janggel hanya satu bulan yang lalu. Namun, dalam waktu yang relatif singkat, ia berhasil meraih kesuksesan yang signifikan dari usaha ini. Setiap harinya, bersama ibunya Leiliya, Supri berhasil memanen hingga 4 kilogram jamur janggel yang dijual dengan harga Rp 25.000 per kilogramnya.
Menurut ibu Supri, setiap hari mereka melakukan panen jamur janggel sekitar pukul 16.00 sore. Di belakang rumah Supri, terdapat enam kotak tempat tumbuhnya jamur janggel dengan ukuran 4×1 meter, terbuat dari bambu dan plastik mulsa yang dibentuk menyerupai kolam dengan tutup. Kotak-kotak ini menggunakan sekitar satu mobil pickup bonggol kelapa (janggel) untuk bahan pembuatannya.
Proses budidaya jamur janggel yang dijelaskan oleh Supri tergolong sederhana. Ia menggunakan janggel sebagai media tanam, dengan bahan tambahan berupa bekatul atau dedak, ragi tape, dan pupuk urea. Pada tahap awal, janggel ditaburkan dan diratakan di kotak yang telah disiapkan. Kemudian, campuran bekatul, ragi, dan pupuk ditaburkan ke atas janggel. Kelembaban media tanam dijaga dengan menutup kotak-kotak tersebut.
Supri menjelaskan bahwa dalam tiga hari pertama, proses penyiraman air dilakukan setiap hari, kemudian dilanjutkan dengan penyiraman setiap dua atau tiga hari sekali. Hal ini bertujuan untuk menjaga tingkat kelembaban media tanam. Dalam kurun waktu kurang dari 15 hari, jamur sudah dapat dipanen. Proses panen dilakukan setiap hari, pada sore hari. Untuk jamur yang sudah matang tetapi belum dipanen, Supri mencabut jamur-jamur tersebut pada pagi hari untuk mencegah penyebaran warna hitam pada jamur yang lain.
Salah satu tantangan dalam budidaya jamur janggel adalah waktu pemanenan yang harus cepat. Jamur janggel yang telah dipanen akan berubah menjadi hitam dalam waktu 24 jam. Namun, jamur yang telah menghitam masih bisa dikonsumsi selama tidak lebih dari 2 hari. Jamur janggel memiliki tekstur empuk dan meresap bumbu, bahkan ada yang menyamakan rasanya dengan cumi-cumi.
Jamur janggel ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai olahan makanan, mulai dari digoreng hingga dijadikan lauk santapan seperti tumisan atau sayur kuah. Jamur janggel memiliki kandungan protein dan antioksidan yang baik untuk kesehatan.
Kisah sukses Supri Apriliyanto dalam mengembangkan usaha budidaya jamur janggel dari limbah bonggol jagung menjadi komoditas yang laku keras menjadi inspirasi bagi para pemuda di daerahnya untuk menciptakan peluang usaha kreatif dari bahan-bahan yang tersedia di sekitar mereka.

