Mengenal Lebih Dekat Sosok Penyair “Sultan Musa”

Mengenal Lebih Dekat Sosok Penulis "Sultan Musa"

Sultan Musa adalah salah satu Penyair, Sastrawan dan penulis yang berasal dari Samarinda Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai  platform  media online & media cetak Nasional maupun Internasional.  Adapun karya tunggalnya sebagai berikut: “Candramawa” (2017), “Petrikor” (2019), “Mendjamu Langit Rekah” Kumpulan Puisi e-book version (2020), “Sedjiwa Membuncah” Kumpulan Puisi (2020), “Titik Koma” (2021) & “Sadajiwa” (2023). Adapun buku tunggalnya bertajuk “Titik Koma” terpilih sebagai nominasi buku puisi unggulan Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. Serta menjadi bahan resensi yang ditulis oleh Penyair Perempuan Indonesia yakni Rini Intama, dan dipublikasi oleh Majalah Semesta Seni Edisi Nomor 25 – Juni 2022 dan menjadi bahan opini berjudul  ‘Mengekspresikan Puisi sebagai Terapi Kebahagiaan” terbit di Kaltim Post edisi 15 September 2022. Tercatat  pula  dibuku “Apa  &  Siapa  Penyair  Indonesia  –  Yayasan  Hari  Puisi  Indonesia” Jakarta 2017.

Beberapa karyanya berhasil lolos kurasi pada event bergengsi baik nasional maupun Internasional dan termaktub dalam antologi bersama  penyair  Nasional  &  Internasional hingga  50-an lebih judul antologi. Dan ratusan media cetak dan online telah menampilkan karyanya. Sementara itu pada tahun 2023 puisinya yang  berjudul  “Aku Tetap  Menulis Syair” menjadi Puisi Pilihan – Lomba Baca Puisi Bagi Siswa SMP/MTS se-Kota Samarinda MGMP Bahasa Indonesia, bersanding bersama karya puisi maestro WS Rendra (Gerilya) dan Chairil Anwar (Karawang – Bekasi).

Puisi tersebut sebagai berikut:

DAN  AKU  TETAP  MENULIS  SYAIR

Aku  menulis  syair
bukan  karena  mencintai  syair
tapi  rintihan  kebenaranlah  membawaku  
lewat  syair  hamba  mengucapkan  keyakinan
menggiring  titah  kebenaran
meluluhlantakkan  ketidakadilan
dan  aku  pun  di  dalam  batu  kebijaksanaan
meski  kadang  terperangkap,  menganga  tak  berkutik
dan  syair  melabuhkanku
dipapas  sinar  sunyi  senyap
perlahan  menerangi  keikhlasan
dan  dihadang  ketulusan
…..menghampar  sejauh  melempar  syair  
begitu  adanya  !
pada  sudut  berbeda…..menyatu  dan  tinggal,
terjaga  di  penghujung  sebuah  titik
riuh  oleh  waktu  yang  menyatu
atau  lekuk  sesal  yang  tertinggal
…..dan  aku  tetap  menulis  syair

(2021)

Adapun latar pendidikannya adalah lulusan Pasca Sarjana salah satu perguruan tinggi di Jakarta pada tahun 2011 untuk jurusan Teknik Informatika dengan kelulusan predikat Summa Cumlaude. Meski latar pendidikannya berbeda dengan genre passion menulis saat ini, ia sebenarnya sudah menyukai dunia menulis sejak SD dan ketika menempuh pedidikan di perguruan tinggi sempat juga menghasilkan karya jurnal ilmiah sesuai dengan minat pendidikan yang ditempuhnya dan berhasil tergabung dalam beberapa prosiding universitas di Indonesia.

Selain aktif menulis juga aktif melakukan traveling ke berbagai pulau yang ada di Indonesia, serta dituangkan dalam tulisan artikel perjalanan dan wisata. Hingga saat ini masih produktif dalam menulis serta menuangkan pemikirannya serta berinteraksi dengan pembacanya melalui Instagramnya yakni @sultanmusa97.

Terbukti pula pada tahun ini puisinya terpilih pada event “Challenge Heart and Art for Change” Collegno Fòl Fest Turin – ITALIA (2024) yang diterjemahkan dalam Bahasa Inggris dan Italia.

Berikut beberapa karyanya  :

DI TAMAN KEHIDUPAN… AKU TANAM  LARIK  KATA

aku tanam larik kata
lewat bibir ditelan masa
dan berjalan dimakan waktu
serta menjelujur di batas pisah dan temu
sembari berdansa aku hirup aroma kata lain
semilir pancarkan irama disitu
ditandu keluhuran hamba
merunut kata, hingga senja beranjak pulang
biarkanlah larik kata…
waktu senja berdebar untuk saling abadi
pun saat hujan dengan tanah basah
samar-samar aroma kata bercampur
penuh warna dalam makna
menyeruak tak pernah hilang
meski dengan sebab yang berbeda
sepintas indah pelangi hadir
penebus telusur rindu aksara
yang tenggelam dalam cawan wahyu
suluhkan lepas disitu dalam kehidupan
berikanlah larik kata …
ruang semerbak rindu untuk saling berbagi
kulihat kupu-kupu menikmati waktu
terbang diiringi ayat-ayat kebaikan
berkelana sederhana di benakku
dengan eloknya masih disana
serta tersenyum manis,
dan esok akan kucari jawaban manisnya !
sesekali terdengar percakapan burung
sedingin bercerita merimba harapan
meramu bijak petuah kembara
dan kata pun tak bertitik
……berjalan dan pulang
kicauan larik kata menikam sapa;
hingga mengungkapkan ‘apapun  yang  datang  pasti  akan  pergi
(sebuah taman kehidupan)

-2022

( pernah dimuat Media Indonesia Edisi 8 Juli 2023 )

SENYUMAN DI  UJUNG  WAKTU

kucoba  membersihkan  gelas,
tempat  bersemayam  cahaya  Ilahi
benarkah  ranting  yang  patah….
kembali  bertindak  mendengarkan  hati  ?
adakah  daun  yang  gugur….
kembali  dekat  mengalahkan  ego  ?
dan  senyuman  Tuhan….
tetap  terikat,  hingga  paham
bahwa  setiap  “kamu”  punya  cerita
bahwa  setiap  “aku”  punya  kisah  dan  
bahwa  setiap  “kita”  punya  pesan
kamu,  aku  dan  kita
: sama-sama  merebakkan  senyuman  di  ujung  waktu

-2022

(pernah dimuat Surat Kabar Harian Republika Edisi Ahad 28 Agustus 2022)

TAKSA

pada  suatu  ketika,
aku  dengar  sejumput   nasehat
dari  sang  penyeru.
tetapi,  terdengar  samar
apalagi  semua  gelap
atau  aku  yang  terpuruk di kegelapan ?
pada  cahaya  yang  menyapa
tersadar  aku  menyelam  dalam  gelap
adakah  cahaya  itu  sebelumnya  yang  melangkah  pergi  
atau  aku  yang membuatnya menjauh  ?

-2022

(pernah dimuat Surat Kabar Harian Republika Edisi Ahad 28 Agustus 2022)

JALSAH  PENYAIR

suatu  kali  aku  berawal
dari  kata-kata  sajakmu,
namun  aku  masih  ragu
laksana  sungai  begitu  dalam
dan  suatu  kali  aku  berakhir
dari  kata-kata  aksaramu,
namun  aku  masih  tiada
laksana  mimpi  begitu  tenang
….semua  akan  berubah
karena  masa  bukan  sekedar  menjelma
tapi  juga  ungkapan  rasa
menyimpan  bara  makna
dan  hari  ini…
seorang  penyair  menyuguhkan  riwayat
bagaimana  cara  tersenyum
menjunjung  petuah  kembara  kata
inilah aku
tersenyumlah…
tersenyumlah…

-2022

(pernah dimuat pada International Literary Magazine “HOMAGI” Edisi  08 Juli 2022)

MEMBASUH DOA

ada ruang hakikat
dengan kehidupan mendekat
mengunjungi masa dan tempat

sejumput sumbu imajiner terikat

ada waktu setara
selalu saja penuh cara
menemukan adiluhung aksara
seluas hamparan gurun kembara

berseru sekeras mungkin, menghantam !
tak perlu membebani
dengan harapan manikam
biarkan membasuh doa
bersama hasrat terpendam
hinggap mengisi
sekelumit syukur  tak padam

-2023

( pernah dimuat pada Harian  Akhbar  Suara  Sarawak  –  Malaysia  Edisi  17 April 2023 )

TARIAN KATA – KATA  DINGIN
 : Chairil Anwar

kepada titik kehidupan
terus mengeja kejujuran
menghampar sekelumit kesempatan
berikan jejak ruang menorehkan
kepada titik kehadiran
menguak luas ketenangan
berdenting semua beriringan
sedekat melangkah harapan
kepada titik kehilangan
merambah maju atas kelemahan
bergeming semua keinginan
sejauh membasuh kekhawatiran
pada bait-baitmu ada angin santun menyapa,
meski tinta itu telah terkapar
pada doa-doamu ada cahaya bertaut menjelma,
meski janji itu telah tersungkur
atas tarian kata-kata dinginmu :
menabuh antara abadi dan fana,
sejuknya perjalanan panjang ke rahim larik

-2022

(pernah dimuat pada Majalah Sastra “KARAS” Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah  Edisi Nomor 8 Agustus 2023)

BALAK  PELUKAN
:  episode  satu

meski pelukan ini singkat
namun, kenangannya tidak sesaat

karena nyatanya pelukan itu sederhana
mencipta laju erat
dari orang kasih terdekat
yang selalu melekat

-2022

(pernah dimuat pada Majalah Sastra “KANDAGA” Kantor Bahasa Provinsi Banten Tahun VII No.20/2022, Agustus 2022 ).

-Sultan Musa-