Revitalisasi Pasar Banyuwangi: Proyek Rp152 Miliar di Ujung Tanduk, Mimpi Pedagang Bisa Jadi Mimpi Buruk?
Banyuwangi, Janji manis revitalisasi Pasar Banyuwangi senilai Rp200 miliar, digadang-gadang akan mengubah wajah pasar tradisional menjadi pusat perbelanjaan modern, kini seakan berbalik menjadi mimpi buruk bagi ratusan pedagang. Proyek ambisius yang didanai Kementerian PUPR ini terancam molor, dan akan menyebabkan pedagang terlantar juga asa modernisasi pasar hanya menjadi isapan jempol belaka.
Di balik keikhlasan para pedagang mempertaruhkan lapaknya di relokasi ke tempat baru, dengan lapang dada menggelar tasyakuran berharap pasar yang lebih modern mampu meningkatkan penghasilan, tersembunyi bom waktu kegagalan proyek yang kini mulai meledak. Ratusan pedagang yang telah rela meninggalkan lapak mereka, membayangkan keuntungan berlipat ganda di pasar baru yang modern, kini pedagang pasar merasa cemas melihat kenyataan. Proyek yang seharusnya menjadi kado manis bagi Banyuwangi, justru berpotensi menjadi skandal memilukan yang melukai pedagang pasar Banyuwangi
Setelah kegagalan tender pertama, harapan sempat muncul ketika PT Lince Romauli Raya terpilih sebagai kontraktor pemenang tender. Namun, harapan itu kini diambang pupus seiring dengan progres pembangunan yang berjalan bak siput. Hingga Maret 2025, realisasi proyek hanya mencapai kurang lebih 30%. Apakah ini progres yang baik? bila melihat masa pengerjaan nya, enam bulan progres 30%, dapat disimpulkan kontraktor hanya mampu mengerjakan 5% perbulan, di sisa waktu tujuh bulan harus menyelesaikan 70% sisanya, bila hanya mampu mengerjakan 5% per bulan, asa para pedagang pasar Banyuwangi diambang pupus.
Pakar konstruksi, Purnama., S.H., S.T., M.M., dengan tegas menyebut manajemen pekerjaan kontraktor “tidak profesional” dan bahkan menuding adanya praktik korupsi kualitas. “Progres yang dicapai hingga saat ini kurang lebih hanya 30 persen Ini bukan sekadar keterlambatan, ini bahaya besar! Kalau dipaksakan selesai, kualitas bangunan akan jeblok!” tegasnya.
Hal ini mengindikasikan adanya permainan di balik layar yang mengorbankan kualitas demi keuntungan segelintir pihak? Pertanyaan ini menggantung di benak publik Banyuwangi.
Jika Pemkab Banyuwangi Lemah, Pedagang Jadi Korban.
Komisi 4 DPRD Banyuwangi telah memberikan teguran keras kepada Pemkab, namun langkah ini dinilai terlambat dan kurang tegas. Ketua Komisi 4, Patemo, hanya bisa berharap agar proyek selesai sesuai target, seolah menutup mata terhadap potensi kerugian besar yang mengintai. “Tentunya pedagang menginginkan proyek segera selesai agar bisa menempati pasar yang lebih layak untuk mengais rejeki” kata Ketua Komisi 4 DPRD Banyuwangi dari Fraksi PDI-Perjuangan. Saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon Kamis (13/03/2025) lalu.
Bupati Ipuk Fiestiandani memang berjanji akan mencari dana CSR untuk mem-branding pasar sementara, namun langkah ini dinilai sebagai “pemadam kebakaran” yang tidak menyelesaikan akar masalah. ”Kami akan cari CSR supaya bisa bekerja sama mem-branding pasar sehingga pedagang tetap merasa nyaman sampai proses relokasi,” janji Bupati. Seperti dikutip dari salah satu media online yang tayang Selasa (18/3/2025).
Pupusnya Mimpi Pedagang, Siapa Bertanggung Jawab?
Kini, ratusan pedagang Pasar Banyuwangi berada dalam ketidakpastian. Harapan mereka untuk memiliki pasar yang modern, bersih, dan nyaman, terancam menjadi semu.
Masyarakat banyak bertanya, bagaimana nasib mata pencaharian mereka jika proyek sampai molor.? Terlebih apabila sampai mengalami kegagalan proyek, tentunya untuk melanjutkan proyek yang gagal, hampir dipastikan akan terkena imbas dari efisiensi anggaran pemerintah. Siapa yang akan bertanggung jawab atas kerugian yang mereka alami?
Jika sampai molor, proyek revitalisasi Pasar Banyuwangi ini menjadi pengalaman pahit tentang pentingnya transparansi, profesionalisme, dan pengawasan ketat dalam setiap proyek pembangunan di Banyuwangi. Jangan sampai mimpi pedagang kecil dikorbankan demi kepentingan segelintir pihak yang haus kekayaan. Banyuwangi berhak mendapatkan yang terbaik, bukan proyek amburadul yang hanya menyisakan luka dan kekecewaan.
Pedagang yang saat ini direlokasi ke pasar sementara juga mulai resah dengan lambatnya progres pembangunan. Mereka mengeluhkan sepinya pembeli di lokasi sementara dan berharap revitalisasi pasar bisa segera selesai agar bisa kembali berdagang di tempat yang lebih layak.
“Kami berharap proyek ini bisa selesai tepat waktu, karena di pasar sementara ini pengunjung sangat sepi. Pendapatan menurun drastis,” keluh salah seorang pedagang.

