Kampung Jadul Layak Jadi Agenda Wisata Budaya Unggulan Jember
Jember – Suasana hangat dan penuh kenangan menyelimuti Kampung Jadul di Desa Keting, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jember. Acara yang digelar masyarakat setempat ini sukses menghadirkan nuansa tempo dulu, mulai dari kesenian, kuliner, hingga busana tradisional.
Salah satu momen paling mencuri perhatian adalah fashion show anak-anak dengan busana klasik khas Jawa. Dengan lurik, jarik, kebaya kecil, peci, dan blangkon, mereka tampil polos dan lugu di panggung sederhana. Senyum dan tawa penonton pecah, seakan terbawa kembali ke masa kecil di kampung halaman.
Tak berhenti di sana, malam pun semakin semarak dengan denting gamelan, pagelaran wayang kulit, hingga Tari Remo yang anggun. Harmoni antara nostalgia dan pelestarian budaya begitu terasa.
Seorang pengunjung asal Lumajang, Sulastri, mengaku terharu dengan keindahan acara.
“Melihat anak-anak pakai kebaya kecil dan blangkon, rasanya nostalgia sekali. Ditambah ada wayang dan gamelan, suasananya benar-benar seperti tempo dulu,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Sementara itu, PJ Kepala Desa Keting, Abdul Rofiq, berharap Kampung Jadul bukan sekadar tontonan, melainkan juga menjadi tuntunan.
“Tradisi ini harus hidup lintas generasi. Selain menjaga warisan leluhur, Kampung Jadul menjadi ruang kebersamaan sekaligus wadah mempererat silaturahmi,” pesannya.
Apresiasi juga datang dari Camat Jombang, Nuryadi, S.STP., yang hadir langsung di lokasi. Menurutnya, Kampung Jadul memiliki keunikan tersendiri dan layak dijadikan agenda wisata unggulan Jember.
“Kegiatan ini bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana mempererat silaturahmi dan mengingatkan generasi muda akan pentingnya menjaga warisan budaya,” ujarnya.
Nuryadi menilai keistimewaan Kampung Jadul terletak pada konsistensinya menjaga keaslian budaya. Penerangan tanpa listrik, makanan sepenuhnya tradisional, tanpa jajanan modern seperti martabak atau sosis. “Konsepnya sudah sangat bagus, tinggal sosialisasi yang perlu diperluas. Pemerintah siap mendukung promosi agar gaungnya semakin besar,” tambahnya.
Lebih jauh, Nuryadi menyebut Kampung Jadul tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga menghidupkan ekonomi warga. Pedagang kecil laris, warung ramai, dan perputaran uang lebih cepat.
“Acara ini ibarat pelita masa lalu yang menerangi hari ini. Tradisi tetap terjaga, sementara denyut ekonomi warga kian bergairah,” pungkasnya.


Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.