Revitalisasi Pasar Banyuwangi Terancam Mangkrak, Kontraktor Jadi Sorotan
Banyuwangi – Proyek revitalisasi Pasar Banyuwangi dan Asrama Inggrisan senilai Rp 152 miliar yang didanai APBN. Digarap oleh PT Lince Romauli Raya sejak 2 Oktober 2024 – 1 Oktober 2025. Hingga Maret 2025 ini progres proyek baru mencapai 20%, padahal tenggat waktu tinggal tujuh bulan lagi. Sabtu (8/3/2025)
Lambatnya kemajuan ini menuai kritik dari pakar konstruksi, Andi Purnama., S.H., S.T., M.M., ia menilai kontraktor tidak profesional, menjadi penyebab utama keterlambatan.
“Proyek ini terancam mangkrak karena ketidaksiapan PT Lince Romauli Raya,” ujarnya kepada wartawan suarapecari.com Jum’at, (07/03/25) kemarin.
Kondisi di lapangan memperkuat pernyataan tersebut. Material konstruksi terlihat berkarat akibat cuaca ekstrem, sementara area proyek dipenuhi puing bekas bongkaran, menghambat pergerakan pekerja dan pengiriman material.
“Korosi pada bahan bangunan akan berbahaya karena dapat merusak ikatan besi dan beton, memicu patah dan menurunkan kualitas bangunan,” jelas Andi Purnama.
Andi Purnama mempertanyakan kesiapan PT Lince Romauli Raya sebagai pemenang tender. Ia menduga, minimnya persiapan dan perencanaan menjadi akar masalah keterlambatan.
“Kondisi lokasi proyek yang tidak teratur dan ketiadaan tempat penyimpanan material yang layak adalah bukti ketidakprofesionalan. Bagaimana mungkin proyek bisa berjalan lancar jika lokasi masih banyak puing. Bahan material pun, seperti begel besi spiral borpile saja sudah berkarat?” tanyanya.
Selain itu Andi menyoroti buruknya manajemen proyek yang dilakukan oleh kontraktor, PT Lince Romauli Raya. Serta minimnya kepatuhan terhadap standar keselamatan kerja (K3).
“Manajemen proyek terlihat abai terhadap standar keselamatan kerja. sejumlah pekerja terlihat tidak mengenakan perlengkapan keselamatan yang memadai, seperti helm, rompi, dan sepatu pelindung, ungkapnya
Pemerintah didesak untuk bertindak tegas terhadap PT Lince Romauli Raya. Evaluasi menyeluruh terhadap kinerja kontraktor harus dilakukan segera. Jika terbukti lalai dan tidak memenuhi standar, penggantian kontraktor menjadi opsi yang harus dipertimbangkan.
Keterlambatan revitalisasi ini akan berdampak merugikan para pedagang yang bergantung pada pasar bila proyek tidak rampung sesuai jadwal dan aktivitas ekonomi dapat terganggu.
Nasib revitalisasi pasar kini ada di tangan pemerintah. Keputusan yang cepat dan tepat sangat krusial untuk menyelamatkan proyek ini dari kegagalan.

