Batik Jeruji Karya Warga Binaan Lapas Banyuwangi Tampil Memukau di Banyuwangi Batik Festival 2025

Banyuwangi, – Sebuah kebanggaan terpancar dari panggung Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2025 ketika para pembawa acara dan dewan juri tampil kompak mengenakan batik tulis eksklusif “Batik Jeruji”, hasil karya warga binaan Lapas Kelas IIA Banyuwangi.

Penggunaan Batik Jeruji oleh para tokoh utama di festival ini bukan sekadar simbol gaya, melainkan bentuk nyata pengakuan atas kualitas dan daya saing produk batik karya warga binaan. Keterlibatan ini memperkuat pesan bahwa kreativitas dapat tumbuh di mana saja, bahkan di balik tembok penjara.

Tak hanya dikenakan dalam ajang fashion show, Batik Jeruji juga hadir melalui stan pameran khusus yang menjadi salah satu daya tarik BBF. Berbagai motif khas Banyuwangi dipamerkan, mulai dari Gajah Oling Jeruji, Wayang, Gandrung, hingga Bunga Kopi, semuanya dikerjakan secara manual oleh tangan-tangan kreatif warga binaan.

BIK Run 2025 Meriahkan Banyuwangi, Ribuan Warga Ikut Edukasi Keuangan Lewat Olahraga

8 jam

“Semua batik yang kami tampilkan merupakan karya tulis tangan dari warga binaan. Ini menunjukkan bahwa meski berada dalam keterbatasan, mereka tetap bisa berkarya dan menghasilkan produk yang bernilai,” ujar Kepala Lapas Banyuwangi, I Wayan Nurasta Wibawa.

Wayan menambahkan, keikutsertaan Lapas Banyuwangi dalam ajang tahunan ini merupakan bagian dari program pembinaan berbasis keterampilan dan ekonomi produktif. Tidak hanya sebagai media rehabilitasi, kegiatan ini juga mendorong warga binaan agar mampu menghasilkan produk yang siap bersaing di pasar UMKM.

“Kami berkomitmen tidak hanya membina perilaku, tetapi juga membekali mereka keterampilan. Saat ini, Batik Jeruji telah memiliki tujuh motif yang resmi tercatat dalam hak cipta,” jelasnya.

Banyuwangi Batik Festival merupakan agenda tahunan yang tidak hanya menampilkan pertunjukan seni dan fashion, tetapi juga mengusung semangat inklusivitas serta pemberdayaan ekonomi kreatif. Partisipasi Lapas Banyuwangi menambah warna sekaligus pesan sosial kuat dalam festival ini: bahwa seni dan peluang kedua bisa hadir dari mana saja.